TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

29 April 2010

SMANSA MPajo di PMDK UNM

Siswa SMAN 1 Maniangpajo yang dinyatakan lulus pada PMDK UNM 2010, atas nama JAMAL. diterima pada JURUSAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER

PENGUMUMAN PMDK UNM 2010

Setelah menjaring 2.877 pelamar program PMDK A dan B, sejak 2 Februari hingga 31 Maret lalu, akhirnya UNM mengumumkan hasil penjaringan itu, pada hari ini (28/04). Pengumuman dapat dilihat di BAAK UNM Kampus Gunung Sari, Website UNM (www.unm.ac.id), dan dikirim langsung ke masing-masing sekolah pelamar PMDK. 

UNM meluluskan sebanyak 1.136 pelamar PMDK A dan B dari 2.877 jumlah siswa SMU yang mendaftarkan diri. Peminat program PMDK A dan B UNM tidak hanya berasal dari sekolah-sekolah di Provinsi Sulawesi Selatan. Peminat program ini juga datang dari Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

Menurut Pembantu Rektor I UNM, Prof. Dr. Sofyan Salam, peminat program PMDK UNM tersebar merata di sekolah-sekolah umum, tidak hanya di Sulawesi Selatan tetapai juga berasal dari daerah di luar provinsi ini, "Kita menerima pendaftar dari berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya di Sulawesi tetapi juga dari Jawa, dan Kalimantan," bebernya.

Pilihan program studi dari setiap penfdaftar juga beragam. Peminat terbesar berada pada Fakultas Bahasa dan Sastra, untuk Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggeris sebanyak 255 pendaftar, sementara yang dinyatakan lulus hanya 48 orang sesuai dengan kuota yang tersedia.

Penerimaan mahasiswa baru UNM melalui jalur PMDK, menyediakan beragam program studi baik Pendidikan maupun Nonkependidikan dari delapan fakultas yang ada. Fakultas MIPA, dengan 14 program studi menerima 321 calon mahasiswa baru dari program PMDK A dan B. Fakultas Teknik, dengan 7 program studi, meluluskan 110 pendaftar, Fakultas Ilmu Keolahragaan, dengan 4 program studi, menerima 237 calon mahasiswa baru program PMDK A dan B.

Fakultas Ilmu Pendidikan, dengan 7 program studi, meluluskan 112 pelamar. Fakultas Bahasa dan Sastra, dengan 3 program studi, menerima 92 calon mahasiswa baru jalur PMDK A dan B, Fakultas Ilmu Sosial, dengan 6 program studi, meluluskan 134 pelamar, Fakultas Psikologi, dengan satu program studi Nonkependidikan, menerima 30 calon mahasiswa baru, dan Fakultas Ekonomi dengan 5 program studi, menerima 100 mahasiswa baru program PMDK A dan B.

Hari ini, UNM hanya mengumumkan calon mahasiswa baru dari Jalur PMDK A dan B, adapun PMDK C (Program Bidik Misi) akan diumumkan langsung di pusat. "Kita hanya mengumumkan kelulusan untuk PMDK A dan B, karena PMDK C (Bidik Misi) adalah kewenangan pusat," ujar Prof. Sofyan Salam. (Humas UNM).

Daftar Nama-nama yang lulus seleksi dapat diunduh pada link dibawah ini.

Download Nama-Nama yang lulus PMDK A

Download Nama-Nama yang lulus PMDK B

25 April 2010

Informasi

Jumlah ketidaklulusan tingkat SMA di Wajo, dapat  dilihat disini

Pengumuman SMAN 1 Maniangpajo, dapat dilihat disini


Pengumuman

NOMOR UJIAN SISWA SMAN 1 MANIANGPAJO

YANG DINYATAKAN LULUS UJIAN NASIONAL UTAMA

 

001

002

003

004

006

007

008

009

012

013

014

015

016

017

020

021

022

023

024

026

027

029

030

031

032

033

035

037

038

039

041

042

043

044

047

048

039

050

051

054

055

056

057

010

058

059

060

061

018

062

063

064

065

067

068

069

070

071

072

074

075

076

077

078

005

028

079

081

011

083

084

085

086

087

088

040

089

090

052

091

045

092

019

093

094

096

097

099

025

100

101

103

036

104

066

105

106

108

109

110

111

112

113

114

034

080

046

115

116

118

119

120

053

121

122

095

123

124

125

073

107

126

082

127

128

117

129


 

NB: YANG TIDAK ADA NOMORNYA, MENGULANG TANGGAL 10 MEI 2010

ANGKA KETIDAKLULUSAN DI WAJO MENINGKAT

Jumlah Siswa di Wajo yang Tdk Lulus:
SMAN 1 Skg = 19 Orang,
SMAN 2 Skg = 1 Orang,
SMAN 3 Skg = 2 Orang,
SMAN 1 Pitumpanua = 5 Orang,
SMAN 2 Pitumpanua = 5 Orang,
SMAN 1 Majauleng = 1 Orang,
SMAN 1 Penrang = 1 Orang,
SMAN 1 Takkalalla = 8 Orang,
SMAN 1 Pammana = 1 Orang,
SMAN 1 Maniangpajo = 1 Orang,
SMAN 1 Belawa = 2 Orang,
SMAN 1 Sabbangparu = 8 Orang,
SMAN 1 Bola = 25 Orang,
SMAN 1 Keera = 0 Orang,
SMAS Puangrimaggalatung = 5 Orang

24 April 2010

Tingkat Kelulusan UN menurun

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal menegaskan tingkat kelulusan untuk tahun 2010 mengalami penurunan sekitar 5 persen.

"Tingkat kelulusan tahun ini 90 persen, 10 persen tidak lulus, ada penurunan sedikit dibanding tahun kemarin yang mencapai 95 persen untuk seluruh wilayah Indonesia," ujar Wakil Mendiknas Fasli Jalal saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (24/4/2010).

Menurut Fasli, penyebab dari turunnya prosentasi tingkat kelulusan di Indonesia dikarenakan adanya penurunan akhlak dan budi pekerti. Banyaknya soal-soal bocor dan tingkat kejujuran siswa rendah yang muncul saat pelaksanaan, menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya angka kelulusan.

Meskipun begitu, lanjut Fasli pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional akan terus melakukan proses evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan ujian nasional tahun 2010.

"Kita inginkan tingkat kejujuran di atas segala-galanya, walaupun tahun ini masih banyak ditemukan soal-soal bocor, tapi kita sudah perbaiki dengan benar," jelasnya.

Pengumuman ujian nasional untuk tingkat Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah akan diumumkan pada Senin (26/4/2010) lusa secara serentak di seluruh wilayah Indonesia.(*)

2.630 Siswa SMA Se-Sulsel Tidak Lulus

Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tahun ini mengalami penurunan yang signifikan.


Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) kemarin mengumumkan bahwa dari 1.522.162 peserta UN, 154.079 di antaranya dinyatakan tidak lulus. Dari jumlah itu, 2.630 di antaranya adalah siswa SMA/MA daerah ini.


Ketua Panitia UN 2010 Sulsel, Abdullah Parewe yang dikonfirmasi malam tadi mengemukakan, untuk tahun ini, tingkat kelulusan UN tingkat SMA/MA di Sulsel yang diikuti 33.333 peserta, mengalami penurunan 0,41 persen disbanding tahun lalu.


Jika tahun lalu persentase ketidaklulusan peserta UN tingkat SMA dan MA hanya 7,48 persen, maka tahun ini menjadi 7,89 persen. "Jumlah itu tersebar di 501 sekolah penyelenggara UN di Sulsel," ungkapnya.

Meski secara keseluruhan di Sulsel terjadi penurunan persentase kelulusan UN, Parewe mengemukakan bahwa khusus untuk Makassar, terjadi lonjakan prestasi yang membanggakan. Jika tahun lalu Makassar terpuruk dengan ketidaklulusan peserta ujian mencapai 16,28 persen, maka tahun ini peserta UN tingkat SMA dan MA di Makassar hanya 9,02 persen. Hanya 724 siswa dari total 8.020 peserta UN.


Persentase ketidaklulusan tertinggi justru terjadi di Maros. Di daerah ini, siswa yang tidak lulus tercatat 237 orang dari 1.160 peserta atau sebesar 20,43 persen. Tahun lalu, persentase ketidaklulusan peserta UN di Maros hanya 11,38 persen.


Kabupaten Gowa juga masih mencatat ketidaklulusan yang lumayan tinggi. Parewe mengungkapkan, dari 2.038 siswa yang mengikuti UN, 217 siswa di antaranya tidak lulus. Artinya, hanya sekitar 89,3 persen siswa yang dinyatakan lulus ujian.


Jumlah siswa yang tidak lulus juga cukup banyak di Kabupaten Sidrap, yakni 134 orang. Di daerah penghasil beras itu, total peserta UN tahun ini hanya 867 orang, atau 15,4 persen di antaranya tidak lulus UN.

Angka kelulusan yang cukup tinggi diperoleh Kabupaten Bone, meskipun juga tidak lebih baik dibanding tahun lalu dengan persentase kelulusan mencapai 96,71. Tahun ini, persentase kelulusannya 93,61 atau tidak lulus 6,39 persen. Jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 187 orang dari 2.925 peserta ujian.


Data yang diperoleh dari Panitia UN 2010 Sulsel untuk Kabupaten Pinrang, tercatat persentase ketidaklulusannya sebesar 8,65 persen. Siswa SMA dan MA yang mengikuti ujian sebanyak 1.329 orang dan 115 orang di antaranya tidak lulus ujian.


Parewe mengemukakan, penyebab ketidaklulusan peserta ujian di Sulsel umumnya karena hasil UN-nya tidak memenuhi standar nilai rata-rata terendah sebesar 5,50 persen. Standar lainnya, nilai ujian Bahasa Indonesia tidak boleh di bawah angka enam.


Bila hasil UN 2010 untuk tingkat SMA dan MA telah diperoleh Panitia UN kemarin, maka untuk tingkat SMK belum diperoleh. "Kami masih memperjuangkannya untuk bisa diperoleh besok (hari ini, red) dari Kementerian Pendidikan Nasional," kata Parewe.


Tahun lalu, persentase ketidaklulusan peserta UN tingkat SMK sebesar 5,02 persen dan persentase kelulusannya berhasil menempati peringkat ketiga. Angka ini diperoleh dari perbandingan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 960 orang dan peserta ujian 18.594 siswa.


Pada pelaksanaan UN 2008, ketidaklulusan peserta UN sebesar 10,50 persen atau 1.932 siswa dari 18.407 siswa. UN SMK di Sulsel pada 2008 menempati peringkat keenam nasional.


Menurun Empat Persen


Secara nasional, ungkap Mendiknas Muhammad Nuh, jumlah kelulusan tahun ini turun empat persen dibandingkan tahun lalu. Jika tahun 2009 lalu tingkat kelulusan UN tingkat SMA/MA dan SMK mencapai 93,4 persen, maka tahun ini hanya 89,88 persen saja.


"Angka yang tidak lulus naik memang, tapi itu tidak apa. Ribuan siswa yang tidak lulus (UN) itu masih punya kesempatan mengikuti UN ulangan. Jika masih tidak lulus, juga ada ujian kesetaraan," ujar mendiknas.


Fakta ini, imbuh Nuh, tidak perlu disesali apalagi ditangisi. Sebaliknya, patut disikapi secara objektif bahwa tingkat kejujuran para peserta UN semakin meningkat. "Inilah hasil dari pelibatan pengawas independen sehingga pelaksanaan (UN) semakin ketat. Dan lebih penting lagi, inilah buah dari pernyataan pakta kejujuran anak-anak kita," ucap Nuh.


Daerah mana saja yang tingkat kelulusannya paling anjlok tahun ini? Menurut Nuh, daerah dengan penurunan kelulusan UN tertinggi dipegang Gorontalo. "Kalau tahun sebelumnya daerah itu (Gorontalo) tingkat kelulusannya mencapai 90 persen, maka tahun ini hanya 53,77 persen," ungkap mantan rektor Institut Teknologi Surabaya itu.


Selain Gorontalo, imbuh mendiknas, ada beberapa daerah yang mengalami penurunan kelulusan secara drastis. Daerah-daerah dimaksud adalah Nusa Tenggara Timur yang hanya meluluskan 47,92 persen, Maluku Utara (58,96 persen), Kalimantan Tengah (61,71 persen), Sulawesi Tenggara (64,11 persen) dan Kalimantan Timur (69,47 persen).


UN Ulang


Penurunan hasil UN tahun ini di sejumlah daerah, akan segera disikapi kemendiknas. Mendiknas Nuh mengemukakan, pihaknya akan segera melakukan pemetaan permasalahan di daerah dengan tingkat ketidaklulusan cukup tinggi itu.


"Tiap sekolah pasti memiliki permasalahan yang berbeda. Makanya, lewat pemetaan permasalahan kita akan dapat mengetahui apa dan bagaimana meningkatkan kelulusan nanti," tandasnya.

Nuh menjelaskan, meski masih banyak yang tidak lulus, kemendiknas tetap akan memberikan kesempatan seluruh siswa yang tidak lulus untuk mengerjakan UN kembali pada 10 hingga 14 Mei mendatang. "Mata pelajaran yang diujikan berikut waktu ujiannya tetap sama dengan pelaksanaan UN sebelumnya," papar Nuh.


Untuk itu, saran Nuh, semua sekolah yang siswanya banyak gagal pada UN, sesegera mungkin memberikan pelajaran tambahan pada mata pelajaran yang akan diujikan. "Masih ada waktu untuk membahas latihan soal UN di sekolah-sekolah," tuturnya.


Jika pada UN ulangan nanti, lanjut Nuh, masih ada siswa yang tidak lulus, masih ada kesempatan lagi untuk mengikuti UN kesetaraan paket C pada 22 Juni mendatang. "Dan akan tetap ada kesempatan buat mereka untuk terus belajar dan berusaha," tambahnya. (rif/jpnn)

19 April 2010

PNS Jangan Pengecut dan Munafik

Bupati Wajo, A Burhanuddin Unru meminta pegawai negeri sipil (PNS) di daerah ini untuk tidak pengecut dan munafik. Pengecut dalam artian apabila menghadapi tantangan, nyalinya langsung hilang. Sedangkan munafik dijelaskannya adalah seorang pegawai mangkir dari tanggung jawabnya bila tugas yang dijalankannya mendapat protes ataupun kritikan dari luar.
"Saya tidak senang kepada pegawai pengecut dan munafik seperti itu. Banyak pegawai apabila mendapat tekanan, langsung kebakaran jenggot dan terkadang lepas tanggung jawabnya," kata Bupati saat memberi ceramah umum di depan 113 CPNS pengangkatan tahun 2009 yang mengikuti Diklat Prajabatan di Ruang Pola Kantor Bupati, Kamis (8/4).

Burhanuddin bahkan mengklaim, dalam struktur pemerintahan tingkat SKPD ada pejabat yang nakal, egois, dan tidak memperhatikan bawahannya. Ada juga pejabat yang tidak senang dengan kebijakan pemerintah terkait dengan anggaran dasar yang dominan pada program pelayanan infrastruktur jalanan dan pertanian.

"Sebagai seorang bupati, tentunya saya memiliki hak untuk menentukan dan mengarahkan program kerja dan anggaran yang diberikan kapada setiap SKPD. Namun nyatanya masih ada pejabat yang tidak mendukung
kebijakan dan program tersebut," terangnya.

Dengan alasan itu, dalam waktu dekat bupati rencananya akan menggerakkan kembali roda mutasinya. Hal ini dimaksudkannya untuk menjaga stabilitas dan kepincangan roda pemerintahan yang sementara berjalan.

15 April 2010

Puisi

ANDAI AKU DIMAKAMKAN HARI INI
(sebagai bahan renungan) 
 

Perlahan, tubuhku ditutup tanah.
Perlahan, semua pergi meninggalkanku.
Masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka
Aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
Sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apa lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat, rekan bisnis, atau orang lain,
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka, kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
Tetapi aku tetap sendiri, disini, menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin. Tobat tak lagi dianggap.
Dan ma'af pun tak bakal didengar, aku benar-benar harus sendiri...

Ya .ALLAH...
(entah dari mana kekuatan itu datang, setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya, tiba-tiba saja aku ingin menyebut-Nya)

Jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
Jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu, beberapa hari saja...
Aku akan berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
Yang selama ini telah merasakan zalimku, yang selama ini sengsara karena aku,
Yang tertindas dalam kuasaku, yang selama ini telah aku sakiti hatinya
Yang selama ini telah aku bohongi...

Aku akan kembalikan, semua harta kotor ini,
Yang kukumpulkan dengan wajah gembira, yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
Yang kumakan, bahkan kutelan yang sudah jelas haram...
Aku harus tuntaskan janji-janji palsu yang sering kuumbar dulu

Dan ALLAH...
Beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
Untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta,
Teringat kata-kata kasar dan keras yang menyakitkan hati mereka,

Maafkan aku ayah dan ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu
Beri juga aku waktu, untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
Untuk sungguh-sungguh beramal soleh ...

Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu, bersama mereka...

02 April 2010

Profesionalisme, Sertifikasi, dan Evaluasi

Guru biasa memberitahukan,guru baik menjelaskan, guru ulung memperagakan, guru hebat mengilhami (William Athur Ward)

Mochtar Buchori dalam bukunya Evolusi Pendidikan di Indonesia, Dari Kweekschool Sampai ke IKIP: 1852-1998 mengisahkan "Pada tahun 1938 seorang guru di Solo memutuskan untuk keluar sama sekali dari dunia pendidikan, dan pindah bekerja ke PTT (Jawatan Pos, Tilpon, dan Telegram). Guru ini bernama Habib Rachmad-Meneer Habib begitu panggilannya sehari hari pada waktu itu-dan beliau tamatan Sekolah Guru yang namanya HIK (Hollands Inlandse Kweekschool). Keputusannya ini sangat disesalkan oleh teman temannya. Habib Rachmad berkata "Teman teman! Anda semua tahu bahwa saya selalu bekerja dan berjuang untuk pendidikan. Tetapi, mungkin anda tidak tahu bahwa saya tidak mampu mendidik anak anak saya sendiri. Pada saat ini hidup meminta sesuatu yang lain dari diri saya. Dan saya harus mengikuti perintah hidup ini. Memang agak menyedihkan, tetapi itulah kenyataan yang tak dapat saya elakkan".

Meneer Habib mungkin guru yang amat mencintai dunia pengajaran dan pendidikan, namun arah hidupnya telah memaksa menarik dirinya untuk meninggalkan dunia yang dicintainya. Ia mesti menghidupi anak anak yang menjadi bagian dari keluarganya. Dunia keguruan dengan terpaksa ia tinggalkan. Kini, dengan adanya implementasi sertifikasi kita boleh berharap bahwa profesi guru lambat laun mencapai harkat, martabat, dan derajat yang diharapkan. Tidak hanya dari segi status sosial, bahkan segi finansial yang telah lama dianak tirikan.

Sertifikasi

Sertifikasi adalah angin segar dan buah bibir yang akhir akhir ini banyak diperbincangkan. Tak hanya oleh guru negeri, juga guru swasta. Keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai titik tersebut. Tak ada diskriminasi dalam sertifikasi, yang mungkin ada hanyalah daftar antri yang panjang untuk memperoleh kesempatan tersebut. Kita hanya bisa berharap bahwa masing masing diri kita akan segera memperoleh peluang itu.

Sertifikasi memang telah menjadi kata seksi yang teramat penting untuk dilewatkan khususnya bagi para guru. Ia menjadi semacam kata kunci bahwa profesi guru saat ini adalah profesi yang mentereng, berwibawa, dan diperhitungkan. Menjadi guru sekarang ini adalah perlombaan pendidik yang lebih profesional, kompeten, dan bertanggung jawab. Mungkin masih di atas kertas, tetapi setidaknya ini akan menjadi acuan bahwa terdapat beberapa indikator seorang guru dikatakan profesional .

Merujuk pada ketentuan umum dalam Undang Undang (UU) Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru profesional yang disertifikasi setidaknya tak lagi disibukkan dengan bagaimana agar asap dapur tetap mengepul karena dalam Undang Undang Guru dan Dosen ini telah dicantumkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak mendapat komponen gaji dan komponen penghasilan.

Gaji dalam konteks ini seperti tertulis dalam UU Guru adalah hak yang diterima dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang undangan. Sedangkan penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas keprofesionalan yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional. Kedua komponen diatas meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan maslahat tambahan.

Bahkan, akhir tahun 2009 ini presiden telah menandatangani Peraturan Pemerintah yang disampaikan kepada Departemen Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa guru yang belum sertifikasi pun mendapat tunjangan sebesar Rp. 250.000.- per bulan terhitung sejak Januari 2009. Kabar gembira ini hendaknya menjadi cambuk kepada semua guru agar senantiasa meng-up grade pengetahuan keilmuan sesuai dengan kompetensi dan kemampuan pedagogiknya. Mengacu pada apa yang ditulis oleh Abuddin Nata dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam bahwa suatu pekerjaan dikatakan profesional apabila mengandung unsur pengabdian, unsur idealisme, dan unsur pengembangan.

Evaluasi

Ada satu hal yang mungkin terabaikan-untuk tidak mengatakan terlupakan-pasca sertifikasi. Entah disadari atau tidak yang jelas bahwa proses ini sangat penting untuk keberlanjutan dan keberlangsungan profesionalitas masing masing guru. Proses itu bernama evaluasi pasca guru disertifikasi.

Penulis menganggap bahwa sertifikasi bukanlah akhir dari pencapaian tertinggi seorang guru dalam pengajarannya. Ia hanyalah sarana bagi guru agar senantiasa secara konsisten menjaga dan meningkatkan kecakapan seorang pendidik, dan pemerintah memberi maslahat tambahan berupa penghasilan di atas rata rata.

Bolehlah ini disebut penghargaan atas jasa jasa seorang guru, namun itu saja tidak cukup karena jika kita kembali pada konsep awal mengenai sertifikasi, kita mesti tahu bahwa hal ini dimaksudkan agar guru bisa tenang dan profesional dalam proses transfer of knowledge dan pemahaman moralitas bagi anak anak didiknya. Karena boleh jadi, bagi sebagian guru, sertifikasi adalah garis finish sehingga tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas personal masing masing guru setelahnya.

Sertifikasi bukan hadiah, ia adalah penghargaan atas integritas kedirian seorang pendidik, dan ada tanggung jawab moral untuk memacu diri pasca sertifikasi. Sebagai penutup ada baiknya dicamkan perkataan Vina Barr, seorang guru teladan di Florida yang berucap "Kami bukan hanya guru, kami adalah seniman pendidikan, kami melukis pikiran orang orang muda".

Asep Dudinov AR - http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/31/profesionalisme-sertifikasi-dan-evaluasi/

Foto Citizen: The Car Made In Indonesia

Inilah mobil kreasi orang Indonesia. Mobil 1 adalah mobil pengangkut
padi dan Mobil 2 adalah mobil penggilingan padi

01 April 2010

POTRET PENTAS UJIAN NASIONAL 2010

Terukir sejuta kenangan di dinding sekolah….

setiap sudut memiliki cerita, suka duka bersama....
Gerbang yang selalu menyapa selamat datang dikala pagi ....

pulang sambil bermain ...

sapa dan canda tawa teman berseragam takkan terdengar lagi.......
Moga Tahun ini Angkatan Kita LULUS 100%...... Amin

 

Demikian sepenggal kalimat kiriman salah seorang siswa kelas XII (peserta UN) melalui jaringan sosial facebook yang diterima penulis. Sepenggal kalimat demi kalimat yang tentunya penuh makna. Akan tetapi sesederhana itukah kelulusan? Sebuah kelulusan yang didapat dari pelaksaan UN.

 

Berikut ini beberapa potret dari perhelatan pentas Ujian Nasional SMA, 22 s.d. 26 Maret 2010

 

I.     UN (Ujian Nasional) hanya membodohi diri sendiri. Kenapa begitu? Ya, memang begitu kenyataan yang terjadi. demi memperoleh nilai tinggi melebihi batas yang ditetapkan pemerintah, oknum guru, siswa, orang tua, lembaga bimbingan belajar dengan giatnya menghalalkan segala cara.

 

       Isu bocornya kunci jawaban UN sudah beredar beberapa hari sebelum pelaksanaan UN. Tidak hanya kunci jawaban, tetapi fotokopi-an soal pun ikut dijual. bahkan >1 sekolah yang siswanya bekerjasama untuk mendapatkan paket bocoran soal tersebut. Harganya pun bervariasi, semakin dekat pelaksanaan UN, harga semakin naik.

 

       Beginikah hasil akhir yang harus ditempuh siswa selama 3 tahun belajar? Tingkat kejujuran dan kecurangan pelaksanaan UN sangat tipis. Apa gunanya mendapat nilai tinggi tetapi lulus dengan cara yang tidak baik. Banyak kasus tahun sebelumnya yang kita temui bahwa siswa menjadi korban karena "proyek" oknum yang tidak bertanggung jawab. Soal tipe pilihan menjadi tidak efektif untuk menilai tingkat kecerdasan siswa.

 

       Sudah sesuai dan pantaskah semua sekolah di Indonesia melaksanakan UN sebagai standar kelulusan? Sementara kondisi setiap sekolah tidaklah sama. Mulai dari fasilitas sekolah sampai kualitas guru yang mengajar. Dalam satu kota saja sudah berbeda-beda, apalagi seluruh Indonesia.

 

       Bagaimana negeri ini bisa maju jika pendidikan para penerus bangsa tidak baik. Kualitas pendidikan tidak hanya dinilai dari hasil akhir tetapi proses pendidikan itu yang penting. Semoga kecurangan atau ketidakjujuran UN terjadi untuk terakhir kalinya. Tidak perlu diperpanjang di tahun berikutnya.

 

       -------------- next

 

II.     Idealisme seorang guru, dipastikan akan runtuh jika dia mengawas. Beberapa pelanggaran yang sebenarnya sudah diketahuinya, pura-pura tidak diketahuinya disaat masuk di ruang ujian. Hitung-hitung dapat dosa nomplok. He…he…he….

 

       Soal yang mestinya dibagi silang paket A dengan paket B, dihiraukannya. "ya berdasarkan himbauan kepala sekolah, jadi diikuti saja" beginilah kira-kira kelik sang pengawas jika seandainya kedapatan oleh pemantau dari luar. "jika pemantau independen, tidak mungkin menegur, karena ikut juga menerima wejangan dari Kepala Sekolah beberapa saat sebelum ujian dimulai"

 

       Siswa dengan entengnya tidak membaca soal, langsung saja membundari lembar jawaban, sampai-sampai sebuah mata pelajaran dengan jumlah soal 40 nomor, malah dijawabnya 50 nomor.

 

       Namun, yang paling aneh, guru ikut-ikutan panik. Bukan saja saat siswa UN, juga saat siswa mengikuti US. Simak beberapa SMS berikut yang ikut menghiasi inbox message penulis, namun tidak digubris alias tidak dibalas-balas hingga sekarang.

 

-       P'yasser tlg kt krm jwbnta smua paket coz tdk bska b'grak d sni ruangan yg k awasi pas b'hdpn t4x dgn p'gwas indefenden (081242xxxxxx)

-       mNt DOnk kuncix (081355xxxxxx)

-       Ass.. Dinda.. Kasika kunci jwb tik u/ ujian sekolah sma ta.. Please (081342xxxxxx)

-       Ass. P' kt ka yg bkn soal TIK. Ad tdk kunci jwbnx sm kt (081242xxxxxx)

-       Adakah kunci jwbnx TIK… (081242xxxxx)

-       dll

 

       Simak juga beberapa pengakuan berikut

 

-       Menurut siswa disini katax malahan soal yg bocor (081355xxxxxx)

-       Iye, smua soal un & uas bocor pak, (081355xxxxxx)

-       Smntra ku priksa ini…N mngherankn kmanaknx Kepsek yg bodo' nilaix paling tinggi… (081242xxxxx)

-       Ada sch kunci kak ndpt ank2,. Tp dkunci Hx 40 No. jie n paket B.. N bd am soal

-       dll

 

 

       Catatan:    Alhamdulillah, penulis diberikan amanah untuk mengampuh dua mata pelajaran yaitu Biologi dan TIK. Khusus TIK, penulis dipercayakan oleh MKKS untuk menyusun soal.

 

       -------------- next

 

III.    Apa saja yang terjadi selama kurang lebih 120 menit di ruang ujian? Mari kita bahas bersama. Dua puluh menit sebelum pelaksanaan UN, dua orang pengawas dari sekolah yang berbeda memasuki ruang UN. Ada bel 3x panjang yang menandakan peserta UN dipersilahkan memasuki ruang UN. Pengawas pun membagikan LJUN (Lembar Jawaban Ujian Nasional). Bel 1x pada 5 menit sebelum pelaksanaan berbunyi yang berarti soal bisa dibagikan kepada peserta UN.

 

       Ok, sekarang saat menceritakan apa saja yang dilakukan para peserta UN. Di awal pelaksanaan, mereka serius dalam mengisi identitas pada LJUN. Namun keseriusan tersebut belum tentu benar dalam pengisiannya. Masih ditemui peserta yang keliru antara nama yang tertera di kotak dengan huruf yang dibulatkannya. Apalagi bagi peserta yang namanya panjang , Kode paket soal dan mata pelajaran yang diujikan pun kadang tidak dibulatkan. Saya pernah menemukan peserta yang mengisi data tanggal lahir dengan mencantumkan tahun lahir 2010. Nah loh?! baru lahir kok sudah bisa ikut UN . Disinilah peran para pengawas untuk memeriksa identitas peserta pada LJK yang telah mereka isi.

 

       Setelah mendapatkan soal, berbagai ekspresi diberikan peserta UN. Ada yang bengong, terpana melihat soal UN. Ada juga yang senyum-senyum sendiri bahkan wajah tanpa ekspresi pun tak lepas dari pandangan saya. Berbagai gaya mereka lakukan, posisi senyuman mungkin dalam pengerjaaan soal UN. Satu tangan menopang dagu, sambil garuk-garuk kepala, memegang jidat, membolak-balik lembar soal, menatap langit-langit ruang UN, mencari kesempatan lirik kiri-kanan-depan-belakang, dan parahnya ada yang memandangi para pengawas. Mungkin ada jawaban diwajah para pengawas, huehehe… ada juga yang sibuk meraut/menajamkan pensil sampai me-lap keringat di wajah .

 

       Salah satu pengawas mengedarkan daftar hadir untuk ditandatangani oleh peserta yang hadir. Saya pernah melihat LJUN siswa sudah diberi tanda disemua nomor. Padahal baru 30 menit pelaksanaan UN. Kejadian lucu terlihat waktu ujian Bahasa Inggris. Saat sesi soal listening dilakukan pada bagian awal tetapi ada saja peserta yang tidak menyimak listening malah membuka-buka lembar soal di bagian akhir. Weleh…weleh…

 

       Sebelum bel tanda berakhirnya pelaksanaan UN, peserta tidak diperbolehkan meninggalkan ruang ujian walaupun mereka sudah selesai mengerjakan soal UN. Lalu apa yang mereka lakukan??! Merebahkan kepala mereka di atas meja, mencari kesempatan melirik rekan seperjuangan lain untuk mengamalkan sikap saling tolong-menolong, membolak-balik lembar soal, membelai rambutnya yang panjang (peserta perempuan) bahkan asyikl memencet jerawat.

 

       Seandainya pengawas boleh membawa/mengaktifkan hape/alat elektronik lainnya, sudah saya rekam tingkah laku mereka untuk dijadikan film dokumenter, huahahaha…

 

       Sekian cerita yang dapat saya bagikan selama mengawas UN 2010.

       Semoga bermanfaat

 

       -------------- next

 

Apa yang bisa kita dapat dari dua cerita di atas? Berikut hasil hasil penelusuran selanjutnya:

 

I.     Mencontek Itu budaya Ujian

Rata-rata siswa peserta ujian nasional setiap sekolahan begitu asyik saling menukar jawaban saat ujian berlangsung. Seolah sebelum ujian sudah berjanjian untuk saling memberi jawaban. Mereka begitu kreatif menyusun strategi ini. Strategi yang katanya bisa lepas dari pantauan pengawas ujian. Begitu banyak kode-kode yang dilontarkan pertanda bahwa jawaban nomor sekian adalah A, B, C, D atau E. Bahkan tidak sedikit yang langsung bergantian menyalin jawaban yang sudah ditulis disecarik kertas ukuran 5X3 cm. Sampai sampai kertas tersebut dalam hitungan menit menjadi kusam karena begitu cepatnya berpindah tangan. Saling oper ke depan dan belakang, samping kanan dan kiri. Saat dilihat oleh pengawas tampak seolah tak ada kegiatan. Bergaya sedikit tersenyum dan sedikit terdengar bisikan-bisikan merdu. Dari tahun ke tahun hal ini selalu terjadi. Bahasa orang barat itu adalah "ALWAYS" Mungkinkah mencontek sudah menjadi budaya ujian di negeri ini!.

 

II.    Permainan Cantik Para Perangkat Sekolah

Sungguh miris cerita ini. Begitu kompleksnya aturan dibuat ternyata lebih kompleks lagi cara untuk melanggar aturan tersebut. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini ternyata disambut dan didukung dengan baik oleh perangkat sekolah dan penyelenggara ujian. Kepala sekolah, dewan guru dan perangkat lainnya. Bentuk dukungan mereka adalah dengan menerapkan budaya saling memberi dan jangan pelit. Saling memberi tahu jawaban antar teman saat ujian, jangan pelit-pelit membuka lembar jawaban jikalau teman disamping melirik. Fakta yang dipantau dilapangan ternyata tidak sedikit kepala sekolah yang bekerja sama dengan pihak pengawas ujian di daerah tersebut untuk membudayakan saling memberi. Saling memberi jalan untuk menyukseskan angka kelulusan di sekolah bersangkutan bagaimanapun juga caranya. Bermodalkan berjabat tangan sebagai tanda kedua belah pihak saling menyetujui. Jikalau siswa begitu kreatif menyusun rencana, ternyata perangkat sekolah pun lebih kreatif lagi. Ya wajarlah… perangkat sekolah lebih banyak makan asam garamnya ketimbang para siswa yang baru seumur jagung di dunia pendidikan ini.

 

III.   Pengawas Ujian Menjadi patung

Pengawas ujian yang ditugaskan untuk mengawasi proses berjalannya ujian ternyata tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa pengawas hanya berdiam diri saat siswa peserta ujian asyik lempar-lemparan jawaban. Seolah sudah diikat dan dirantai dengan kunci yang besar. Terlihat jelas keadaan ruang ujian yang cukup ricuh, siswa sudah jelas-jelas terlihat nyontek namun pengawas yang ada di dalam ruangan tersebut diam saja seolah tak melihat apa-apa. Malah asyikan mainan HP. Padahal di dalam ruang ujian tidak boleh ada HP. Selain itu juga pengawas membuka dan membaca soal ujian padahal dalam ketentuan tidak diperkenankan. Ada beberapa indikasi yang mungkin yang menjadi penyebab tidak bergeraknya pengawas saat ujian. Pertama, pengawas sudah ikut membuat account dalam permainan cantiknya perangkat sekolah sehingga mau tidak mau harus mengikuti aturan main yang ada. Kedua, pengawas juga merupakan seorang guru yang berasal dari sekolah yang berbeda merasa tidak tega jikalau siswa tidak lulus dalam ujian ini. Apa kata dunia jika siswa yang kuajar tidak lulus. Jadi dimana fungsi sebagai pengawas ujian. Namun, ada juga pengawas tertekan oleh teman pengawasnya dalam ruang itu.

 

IV.  TPI Hanya Formalitas

Tim Pemantau Independen (TPI) yang dibentuk secara resmi ternyata hanya sebatas formalitas saja. Laporan dari banyak TPI yang diterjunkan di sekolah menerangkan bahwa TPI juga diberikan budaya saling memberi oleh pihak sekolah terkait. Saling memberi keamanan dan kebaikan berita acara ujian. Sekolah memberikan Amplop kecil dan TPI memberikan catatan yang baik dilembar laporan berita acara. Di posisi seperti ini tentu para TPI akan mendapat tekanan. Apalagi TPI berasal dari luar daerah sekolah terkait. Begitu seringnya sekolah mengajak TPI untuk sedikit bercuap-cuap ria saat ujian dengan harapan TPI kehilangan konsentrasi untuk memantau jalannya ujian. Berbagai cara dilakukan untuk mengalihkan perhatian TPI. Bahkan nyaris lagi ternyata beberapa sekolah menyepakati untuk menentukan besar atau nominal untuk diberikan kepada TPI agar memberikan laporan berita acara yang baik-baik terkait ujian di sekolah terkait. Jadi kalau dipikir kembali pembentukkan TPI ini hanya sebatas formalitas, sudah dibentuk selanjutnya dipermainkan saat di lapangan. Seolah terdapat kecurangan yang sudah disusun dengan rapih jauh hari sebelum hari H berlangsung.

 

Tentu masih banyak lagi potret pentas seni ujian nasional yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena saking banyaknya. Sudah jelas sekarang, berbagai aturan pendidikan dibuat mengapa harus dilanggar. Atau memang aturan itu dibuat untuk dilanggar??? Ini yang menjadi bahan evaluasi kita bersama. Jika kondisi ini dibiarkan terus terjadi, kapan negeri ini akan berjaya. Kita semua yang dapat merubahnya.

Massappa Werekkada