TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

01 April 2010

POTRET PENTAS UJIAN NASIONAL 2010

Terukir sejuta kenangan di dinding sekolah….

setiap sudut memiliki cerita, suka duka bersama....
Gerbang yang selalu menyapa selamat datang dikala pagi ....

pulang sambil bermain ...

sapa dan canda tawa teman berseragam takkan terdengar lagi.......
Moga Tahun ini Angkatan Kita LULUS 100%...... Amin

 

Demikian sepenggal kalimat kiriman salah seorang siswa kelas XII (peserta UN) melalui jaringan sosial facebook yang diterima penulis. Sepenggal kalimat demi kalimat yang tentunya penuh makna. Akan tetapi sesederhana itukah kelulusan? Sebuah kelulusan yang didapat dari pelaksaan UN.

 

Berikut ini beberapa potret dari perhelatan pentas Ujian Nasional SMA, 22 s.d. 26 Maret 2010

 

I.     UN (Ujian Nasional) hanya membodohi diri sendiri. Kenapa begitu? Ya, memang begitu kenyataan yang terjadi. demi memperoleh nilai tinggi melebihi batas yang ditetapkan pemerintah, oknum guru, siswa, orang tua, lembaga bimbingan belajar dengan giatnya menghalalkan segala cara.

 

       Isu bocornya kunci jawaban UN sudah beredar beberapa hari sebelum pelaksanaan UN. Tidak hanya kunci jawaban, tetapi fotokopi-an soal pun ikut dijual. bahkan >1 sekolah yang siswanya bekerjasama untuk mendapatkan paket bocoran soal tersebut. Harganya pun bervariasi, semakin dekat pelaksanaan UN, harga semakin naik.

 

       Beginikah hasil akhir yang harus ditempuh siswa selama 3 tahun belajar? Tingkat kejujuran dan kecurangan pelaksanaan UN sangat tipis. Apa gunanya mendapat nilai tinggi tetapi lulus dengan cara yang tidak baik. Banyak kasus tahun sebelumnya yang kita temui bahwa siswa menjadi korban karena "proyek" oknum yang tidak bertanggung jawab. Soal tipe pilihan menjadi tidak efektif untuk menilai tingkat kecerdasan siswa.

 

       Sudah sesuai dan pantaskah semua sekolah di Indonesia melaksanakan UN sebagai standar kelulusan? Sementara kondisi setiap sekolah tidaklah sama. Mulai dari fasilitas sekolah sampai kualitas guru yang mengajar. Dalam satu kota saja sudah berbeda-beda, apalagi seluruh Indonesia.

 

       Bagaimana negeri ini bisa maju jika pendidikan para penerus bangsa tidak baik. Kualitas pendidikan tidak hanya dinilai dari hasil akhir tetapi proses pendidikan itu yang penting. Semoga kecurangan atau ketidakjujuran UN terjadi untuk terakhir kalinya. Tidak perlu diperpanjang di tahun berikutnya.

 

       -------------- next

 

II.     Idealisme seorang guru, dipastikan akan runtuh jika dia mengawas. Beberapa pelanggaran yang sebenarnya sudah diketahuinya, pura-pura tidak diketahuinya disaat masuk di ruang ujian. Hitung-hitung dapat dosa nomplok. He…he…he….

 

       Soal yang mestinya dibagi silang paket A dengan paket B, dihiraukannya. "ya berdasarkan himbauan kepala sekolah, jadi diikuti saja" beginilah kira-kira kelik sang pengawas jika seandainya kedapatan oleh pemantau dari luar. "jika pemantau independen, tidak mungkin menegur, karena ikut juga menerima wejangan dari Kepala Sekolah beberapa saat sebelum ujian dimulai"

 

       Siswa dengan entengnya tidak membaca soal, langsung saja membundari lembar jawaban, sampai-sampai sebuah mata pelajaran dengan jumlah soal 40 nomor, malah dijawabnya 50 nomor.

 

       Namun, yang paling aneh, guru ikut-ikutan panik. Bukan saja saat siswa UN, juga saat siswa mengikuti US. Simak beberapa SMS berikut yang ikut menghiasi inbox message penulis, namun tidak digubris alias tidak dibalas-balas hingga sekarang.

 

-       P'yasser tlg kt krm jwbnta smua paket coz tdk bska b'grak d sni ruangan yg k awasi pas b'hdpn t4x dgn p'gwas indefenden (081242xxxxxx)

-       mNt DOnk kuncix (081355xxxxxx)

-       Ass.. Dinda.. Kasika kunci jwb tik u/ ujian sekolah sma ta.. Please (081342xxxxxx)

-       Ass. P' kt ka yg bkn soal TIK. Ad tdk kunci jwbnx sm kt (081242xxxxxx)

-       Adakah kunci jwbnx TIK… (081242xxxxx)

-       dll

 

       Simak juga beberapa pengakuan berikut

 

-       Menurut siswa disini katax malahan soal yg bocor (081355xxxxxx)

-       Iye, smua soal un & uas bocor pak, (081355xxxxxx)

-       Smntra ku priksa ini…N mngherankn kmanaknx Kepsek yg bodo' nilaix paling tinggi… (081242xxxxx)

-       Ada sch kunci kak ndpt ank2,. Tp dkunci Hx 40 No. jie n paket B.. N bd am soal

-       dll

 

 

       Catatan:    Alhamdulillah, penulis diberikan amanah untuk mengampuh dua mata pelajaran yaitu Biologi dan TIK. Khusus TIK, penulis dipercayakan oleh MKKS untuk menyusun soal.

 

       -------------- next

 

III.    Apa saja yang terjadi selama kurang lebih 120 menit di ruang ujian? Mari kita bahas bersama. Dua puluh menit sebelum pelaksanaan UN, dua orang pengawas dari sekolah yang berbeda memasuki ruang UN. Ada bel 3x panjang yang menandakan peserta UN dipersilahkan memasuki ruang UN. Pengawas pun membagikan LJUN (Lembar Jawaban Ujian Nasional). Bel 1x pada 5 menit sebelum pelaksanaan berbunyi yang berarti soal bisa dibagikan kepada peserta UN.

 

       Ok, sekarang saat menceritakan apa saja yang dilakukan para peserta UN. Di awal pelaksanaan, mereka serius dalam mengisi identitas pada LJUN. Namun keseriusan tersebut belum tentu benar dalam pengisiannya. Masih ditemui peserta yang keliru antara nama yang tertera di kotak dengan huruf yang dibulatkannya. Apalagi bagi peserta yang namanya panjang , Kode paket soal dan mata pelajaran yang diujikan pun kadang tidak dibulatkan. Saya pernah menemukan peserta yang mengisi data tanggal lahir dengan mencantumkan tahun lahir 2010. Nah loh?! baru lahir kok sudah bisa ikut UN . Disinilah peran para pengawas untuk memeriksa identitas peserta pada LJK yang telah mereka isi.

 

       Setelah mendapatkan soal, berbagai ekspresi diberikan peserta UN. Ada yang bengong, terpana melihat soal UN. Ada juga yang senyum-senyum sendiri bahkan wajah tanpa ekspresi pun tak lepas dari pandangan saya. Berbagai gaya mereka lakukan, posisi senyuman mungkin dalam pengerjaaan soal UN. Satu tangan menopang dagu, sambil garuk-garuk kepala, memegang jidat, membolak-balik lembar soal, menatap langit-langit ruang UN, mencari kesempatan lirik kiri-kanan-depan-belakang, dan parahnya ada yang memandangi para pengawas. Mungkin ada jawaban diwajah para pengawas, huehehe… ada juga yang sibuk meraut/menajamkan pensil sampai me-lap keringat di wajah .

 

       Salah satu pengawas mengedarkan daftar hadir untuk ditandatangani oleh peserta yang hadir. Saya pernah melihat LJUN siswa sudah diberi tanda disemua nomor. Padahal baru 30 menit pelaksanaan UN. Kejadian lucu terlihat waktu ujian Bahasa Inggris. Saat sesi soal listening dilakukan pada bagian awal tetapi ada saja peserta yang tidak menyimak listening malah membuka-buka lembar soal di bagian akhir. Weleh…weleh…

 

       Sebelum bel tanda berakhirnya pelaksanaan UN, peserta tidak diperbolehkan meninggalkan ruang ujian walaupun mereka sudah selesai mengerjakan soal UN. Lalu apa yang mereka lakukan??! Merebahkan kepala mereka di atas meja, mencari kesempatan melirik rekan seperjuangan lain untuk mengamalkan sikap saling tolong-menolong, membolak-balik lembar soal, membelai rambutnya yang panjang (peserta perempuan) bahkan asyikl memencet jerawat.

 

       Seandainya pengawas boleh membawa/mengaktifkan hape/alat elektronik lainnya, sudah saya rekam tingkah laku mereka untuk dijadikan film dokumenter, huahahaha…

 

       Sekian cerita yang dapat saya bagikan selama mengawas UN 2010.

       Semoga bermanfaat

 

       -------------- next

 

Apa yang bisa kita dapat dari dua cerita di atas? Berikut hasil hasil penelusuran selanjutnya:

 

I.     Mencontek Itu budaya Ujian

Rata-rata siswa peserta ujian nasional setiap sekolahan begitu asyik saling menukar jawaban saat ujian berlangsung. Seolah sebelum ujian sudah berjanjian untuk saling memberi jawaban. Mereka begitu kreatif menyusun strategi ini. Strategi yang katanya bisa lepas dari pantauan pengawas ujian. Begitu banyak kode-kode yang dilontarkan pertanda bahwa jawaban nomor sekian adalah A, B, C, D atau E. Bahkan tidak sedikit yang langsung bergantian menyalin jawaban yang sudah ditulis disecarik kertas ukuran 5X3 cm. Sampai sampai kertas tersebut dalam hitungan menit menjadi kusam karena begitu cepatnya berpindah tangan. Saling oper ke depan dan belakang, samping kanan dan kiri. Saat dilihat oleh pengawas tampak seolah tak ada kegiatan. Bergaya sedikit tersenyum dan sedikit terdengar bisikan-bisikan merdu. Dari tahun ke tahun hal ini selalu terjadi. Bahasa orang barat itu adalah "ALWAYS" Mungkinkah mencontek sudah menjadi budaya ujian di negeri ini!.

 

II.    Permainan Cantik Para Perangkat Sekolah

Sungguh miris cerita ini. Begitu kompleksnya aturan dibuat ternyata lebih kompleks lagi cara untuk melanggar aturan tersebut. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini ternyata disambut dan didukung dengan baik oleh perangkat sekolah dan penyelenggara ujian. Kepala sekolah, dewan guru dan perangkat lainnya. Bentuk dukungan mereka adalah dengan menerapkan budaya saling memberi dan jangan pelit. Saling memberi tahu jawaban antar teman saat ujian, jangan pelit-pelit membuka lembar jawaban jikalau teman disamping melirik. Fakta yang dipantau dilapangan ternyata tidak sedikit kepala sekolah yang bekerja sama dengan pihak pengawas ujian di daerah tersebut untuk membudayakan saling memberi. Saling memberi jalan untuk menyukseskan angka kelulusan di sekolah bersangkutan bagaimanapun juga caranya. Bermodalkan berjabat tangan sebagai tanda kedua belah pihak saling menyetujui. Jikalau siswa begitu kreatif menyusun rencana, ternyata perangkat sekolah pun lebih kreatif lagi. Ya wajarlah… perangkat sekolah lebih banyak makan asam garamnya ketimbang para siswa yang baru seumur jagung di dunia pendidikan ini.

 

III.   Pengawas Ujian Menjadi patung

Pengawas ujian yang ditugaskan untuk mengawasi proses berjalannya ujian ternyata tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa pengawas hanya berdiam diri saat siswa peserta ujian asyik lempar-lemparan jawaban. Seolah sudah diikat dan dirantai dengan kunci yang besar. Terlihat jelas keadaan ruang ujian yang cukup ricuh, siswa sudah jelas-jelas terlihat nyontek namun pengawas yang ada di dalam ruangan tersebut diam saja seolah tak melihat apa-apa. Malah asyikan mainan HP. Padahal di dalam ruang ujian tidak boleh ada HP. Selain itu juga pengawas membuka dan membaca soal ujian padahal dalam ketentuan tidak diperkenankan. Ada beberapa indikasi yang mungkin yang menjadi penyebab tidak bergeraknya pengawas saat ujian. Pertama, pengawas sudah ikut membuat account dalam permainan cantiknya perangkat sekolah sehingga mau tidak mau harus mengikuti aturan main yang ada. Kedua, pengawas juga merupakan seorang guru yang berasal dari sekolah yang berbeda merasa tidak tega jikalau siswa tidak lulus dalam ujian ini. Apa kata dunia jika siswa yang kuajar tidak lulus. Jadi dimana fungsi sebagai pengawas ujian. Namun, ada juga pengawas tertekan oleh teman pengawasnya dalam ruang itu.

 

IV.  TPI Hanya Formalitas

Tim Pemantau Independen (TPI) yang dibentuk secara resmi ternyata hanya sebatas formalitas saja. Laporan dari banyak TPI yang diterjunkan di sekolah menerangkan bahwa TPI juga diberikan budaya saling memberi oleh pihak sekolah terkait. Saling memberi keamanan dan kebaikan berita acara ujian. Sekolah memberikan Amplop kecil dan TPI memberikan catatan yang baik dilembar laporan berita acara. Di posisi seperti ini tentu para TPI akan mendapat tekanan. Apalagi TPI berasal dari luar daerah sekolah terkait. Begitu seringnya sekolah mengajak TPI untuk sedikit bercuap-cuap ria saat ujian dengan harapan TPI kehilangan konsentrasi untuk memantau jalannya ujian. Berbagai cara dilakukan untuk mengalihkan perhatian TPI. Bahkan nyaris lagi ternyata beberapa sekolah menyepakati untuk menentukan besar atau nominal untuk diberikan kepada TPI agar memberikan laporan berita acara yang baik-baik terkait ujian di sekolah terkait. Jadi kalau dipikir kembali pembentukkan TPI ini hanya sebatas formalitas, sudah dibentuk selanjutnya dipermainkan saat di lapangan. Seolah terdapat kecurangan yang sudah disusun dengan rapih jauh hari sebelum hari H berlangsung.

 

Tentu masih banyak lagi potret pentas seni ujian nasional yang lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena saking banyaknya. Sudah jelas sekarang, berbagai aturan pendidikan dibuat mengapa harus dilanggar. Atau memang aturan itu dibuat untuk dilanggar??? Ini yang menjadi bahan evaluasi kita bersama. Jika kondisi ini dibiarkan terus terjadi, kapan negeri ini akan berjaya. Kita semua yang dapat merubahnya.

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada