TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

17 December 2008

Curhatku 2

DUA KALI TERPASUNG DI PROGRAM UNTUKMU GURUKU

 

Sama dengan tulisan yang terkirim sebelumnya, saya awali sebuah kalimat kutipan dari Sang Idola (Amien Rais) "Menyangkut masa depan bangsa, kita tak perlu takut menggelar pertukaran pikiran secara lugas dan tajam. Yang kita pertaruhkan adalah masa depan generasi muda kita yang rata-rata mulai pesimis melihat masa depan. Bila pesimisme itu mulai berubah menjadi apatisme, masih bisakah kita melihat masa depan kita dengan kepala tegak dan yakin diri?" Inilah melatari saya untuk berjuang menghentikan pemasungan anak negeri (istilah ini sudah saya tulis di tulisan sebelumnya). Untuk menyukseskan perjuangan tersebut, sebuah kapita selekta saya coba ramu (hingga sekarang masih dalam tahap penyusunan/pengetikan). Tulisan tersebut saya beri judul "HENTIKAN PEMASUNGAN ANAK NEGERI!!!" (terima kasih kepada Prof. Dr. H. M. Mansyur Hamid, M.Pd. yang telah memberikan ilmunya kepada saya, termasuk istilah tersebut lahir dari beliau)

Selasa, 16 Desember 2008, saya tersadar. Ternyata ketika saya merasa telah berjuang untuk menghentikan pemasungan anak negeri, ternyata antara sadar dengan tidak, saya juga telah terpasung. Entah itu disengaja atau tidak, yang jelas pembaca FAJAR baik yang membaca melalui media cetak maupun secara online (pdf.fajar.go.id) menjadi saksi atas ketidak enakan dibaca hasil dukungan siswa. Anehnya, ini yang kedua kalinya terjadi kepada saya.

Kali pertama, terjadi pada penerbitan Fajar, edisi, Jum'at, 28 Nopember 2008. Hasil dukungan saya saat itu, 1,70 dan bercokol diurutan 13, padahal secara kasat mata saat itu saya mestinya berada diurutan 12, melihat yang bercokol diurutan 12 saat itu, memiliki poin dukungan sebesar 1,64 lebih rendah 0,06 dari poin dukungan yang saya miliki.

Kejadian ini, terulang kembali di edisi, Selasa, 16 Desember 2008. Entah apakah saya yang salah melihat, poin dukungan yang saya miliki 3,00. Namun, tetap dinobatkan diurutan 10, padahal poin tersebut, berdasarkan perhitungan saya, lebih tinggi 0,06 poin dari peserta yang ditahtakan diurutan 9, karena memiliki poin 2,94. (mudah-mudahan saya yang saya melihat)

Pemasungan yang terjadi pada diri saya belum saya hitung, ketika saya ke Makassar dua minggu yang lalu membeli fajar di loper koran Tol Reformasi – A.P. Pettarani – Urip Sumoharjo. Saat itu saya membeli fajar dalam keadaan cacat, karena kupon dukungan guru telah digunting sebelum saya beli tanpa sepengatahuan saya (entah siapa yang gunting dan dukungan untuk siapa?)

Saya sadar, nada-nada tulisan saya kali ini berbau cemburu, iri hati, dan cenderung emesional. Tapi, jujur 100% tidak mengarah kesana. Disaat teman-teman peserta yang lain memasang strategi dan berupaya untuk menjadi yang terbaik dalam ajang pemilihan guru favorit dan professional "untukmu guruku" ini, saya jalan apa adanya. "Biarkan Siswa yang Memilih". Saya hanya memasang guntingan fajar di papan pengumuman sembari menuliskan cara dukungan dan mengirim SMS kebeberapa alumni dan teman guru untuk disebarluaskan. Sebab, saya sadar dengan diri saya. Saya hanyalah guru honorer (Non PNS), sementara teman-teman peserta yang lain, sudah berpredikat PNS. Meski demikian siswa dan alumni merespon luar biasa, sehingga saya masih bertahan hingga 15 besar. Saya tidak menyangka, dukungan mereka kepada saya pada ajang untukmu guruku lebih besar ketimbang dukungan mereka yang membawa saya terpilih sebagai guru teladan SMAN 1 Maniangpajo pilihan siswa mengalahkan 5 nominator (termasuk Kepala SMAN 1 Maniangpajo, Wakasek Kesiswaan, Wakasek Kurikulum, dan 2 guru senior lain) pada hari guru 25 November yang lalu. Dukungan mereka yang sangat besar kepada saya, mungkin karena pembawaan saya yang menganggap mereka adalah saudara. "siswaku adalah saudaraku". Saya menyapa mereka dengan kata sapaan adik, sebaliknya mereka menyapa saya dengan sapaan kakak. (maklum, umur tidak terpaut terlalu jauh (6 – 9 tahun) dan terinspirasi pada kegiatan pramuka, kegiatan ekstrakurikuler yang saya bina selama ini)

Target saya mengikuti ajang "untukmu guruku" di Fajar, hanya demi sekolah yang pernah menempah saya selama 3 tahun, yakni sekolah yang kini menjadi tempat saya mengajar (pulang kampung, kata teman). Saya berharap Nama SMA Negeri 1 Maniangpajo yang pernah mewakili Sulawesi Selatan pada Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional 2006, tetap diingat oleh warga pendidikan di Sulawesi Selatan. Nama sekolah yang tercantum dibawah foto dan nama saya yang terpajang di Fajar sejak September 2008, saya rasa belum cukup untuk itu semua. Namun, ini salah satu upaya untuk memperkenalkan sekolah.

Cukup ampuh juga sebenarnya. Ternyata kehadiran saya di ajang untukmu guruku juga menjadi ajang reuni buat saya dengan teman SD, teman SMP, teman SMA, teman di S.1, bahkan dengan teman guru se-SulSelBar yang pernah mengikuti workshop/pelatihan bersama saya. Sebagian dari mereka menelepon saya bahkan menyempatkan diri bertandang kegubuk orang tua saya, tempat saya berteduh dan hidup sejak 1984 yang lalu. (maklum, masih bujang. Masih tinggal bersama dengan orang tua).

Target sebenarnya dipenghujung 2008 ini, saya lulus ujian CPNS dan lulus sertifikasi guru (meski harus berjuang di PLPG tahap V, PSG Rayon 24 UNM, 22 s.d.28 Desember 2008) {Mudah-mudahan. Amin}. Kuliah saya di PPs Unismuh Makassar, mudah-mudahan bisa juga saya selesaikan tepat waktu. {sekali lagi, Amin}. Kapita Selekta "HENTIKAN PEMASUNGAN ANAK NEGERI", bisa juga rampung secepatnya {lagi-lagi, Amin}

Sukses buat Fajar. Terus berkarya untuk pendidikan dan untuk anak negeri. Sukses juga buat guru se-Indonesia, terkhusus kepada peserta untukmu guruku. Sejak September 2008 hingga sekarang, kita bersaing melalui dukungan siswa. Tapi, persaingan tersebut adalah persaingan persaudaraan. Kapal yang kita tumpangi, memang berbeda-beda akan tetapi kita akan tetap bersatu dalam satu dermaga yang sama, yakni dermaga pendidikan.

 

 

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada