TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

27 July 2010

Wajo, Tak Lepas dari Banjir

Banjir merendam ribuan rumah di Kabupaten Wajo dan Bone, Senin (26/7). Di Wajo, Pasar Sentral Kota Sengkang terendam air setinggi satu meter akibat banjir  kiriman, ditambah derasnya hujan yang mengguyur sejak Minggu (25/7) tengah malam hingga Senin (26/7) pagi.

Ratusan pedagang memadati Pasar Sentral mulai pukul 02.00 wita dini hari kemarin untuk menyelamatkan barang-barangnya. Kerugian materil diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Salah satunya adalah Toko Asia yang menjadi salah satu pusat belanja di lokasi itu. Pemiliknya mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 30 juta rupiah, karena barang dagangannya terendam.

"Kami masih mendata kerugian di Pasar Sentral Sengkang. Berdasarkan pantauan kami, barang kebutuhan pokok juga banyak terendam. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pokok, kami akan segera melakukan operasi pasar," kata Kabag Humas dan Protokol Pemkab Wajo, Hasri, kemarin.

Poros Bone-Wajo tepatnya di Kecamatan Pammana, warga harus menggunakan rakit. Jika sebelumnya, jarak tempuh rakit hanya 300 meter, kemarin, karena air makin meluap, rakit harus menempuh perjalanan hingga lebih dari 600 meter untuk sampai ke jalan poros yang tidak digenangi air. Data yang dihimpun di Wajo, tujuh kecamatan semuanya terendam banjir. Yang terparah adalah di dua kelurahan yaitu Kelurahan Salomenraleng dan Kelurahan Laeolo di Kecamatan Tempe. Titik terparah lainnya adalah Desa Limporilau, Kecamatan Belawa yang merendam hampir satu desa atau sekitar 1.500 rumah milik warga.

Di Kecamatan Sabangparu, banjir merendam sebanyak 4.158 rumah. Camat Sabangparu,  Andi Ismirar, mengatakan, ribuan rumah yang terendam terletak di 11 desa.

Banjir yang terjadi Wajo, Senin (26/7), juga meninggalkan duka tersendiri bagi pasangan suami-istri Burhan dan Arisa. Anak keempat mereka bernama Irwan, yang baru berumur dua tahun, tewas tenggelam. Kejadian berawal saat banjir mulai menggenangi rumah warga di Lingkungan Bakke Orai, Kelurahan Salomenraleng Kecamatan Tempe.

Keluarga yang tinggal di rumah panggung ini, memilih tidak mengungsi begitu air naik. Pasalnya, Burhan telah menaikan lantai rumah, dan membuat tempat tidur yang lebih tinggi. Walau air sudah setinggi hampir empat meter, mereka sekeluarga tetap tertidur lelap. Namun pada pukul 06.00 wita pagi kemarin, Burhan tiba-tiba berteriak karena menemukan anaknya  Irwan, terapung di kamarnya dan sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Diduga Irwan, terjatuh saat terbangun sekitar pukul 02.00 wita. Pada Juli 2010 ini, tercatat sudah empat orang anak yang tewas tenggelam karena banjir di Wajo. Jenazah Irwan dimakamkan di Pekuburan Islam Jarae Kelurahan Mattirotappareng. Untuk menuju ke lokasi pemakaman pun, keluarga dan tetangga harus menggunakan perahu karena luasnya daerah yang digenangi air.

Anggota Badan Pekerja Wajo Anti Corruption Commite, M Sabri, menyoroti banjir di Wajo yang semakin parah, Senin (26/7). Menurutnya, banjir yang terjadi di Wajo karena dampak dari kerusakan lingkungan. "Banjir dini hari tadi (kemarin) adalah akibat ulah oknum pengusaha kaya yang merusak lingkungan. Sejak dulu dan berkali-kali saya  peringatkan kepada Pemda Wajo dan DPRD Wajo agar meminta pengusaha menghentikan pengerukan kawasan bukit dan gunung," katanya.

Ia meminta agar Pemda dan DPRD Wajo segera melakukan peninjauan dan penghentian izin  untuk para pengusaha, khususnya yang bisa merusak dampak lingkungan.
"Saatnya rakyat Wajo melakukan class action (tuntutan kelompok) ke Pengadilan Negeri Sengkang, untuk menuntut para pengusaha jika terbukti melakukan pengrusakan lingkungan. Koalisi LSM siap mendampingi rakyat,"  tegas Sabri. (ans)

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada