TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

02 August 2008

SBY JK = SUDAH BANYAK YANG JADI KORBAN

SBY JK = SUDAH BANYAK YANG JADI KORBAN
(Sebuah Fakta: Satu Tahun Kepemimpinan SBY - JK, Tandai Naiknya BBM)

Ditulis pada tanggal 21 Oktober 2005


Oleh : Yasser Arafat AMP *)


Waktu demi waktu terus berganti, tak terasa seiring dengan terus berdetaknya jarum detik hingga akhirnya menjadi menit, menjadi jam, sehari, semalam, seminggu, sebulan, bahkan setahun hingga akhirnya kepemimpinan Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudoyono – Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (SBY – JK) genap berusia 1 tahun, pada tanggal 20 Oktober 2005 yang lalu.

Ada beberapa peristiwa yang menyita perhatian kita pada satu tahun kepemimpinan SBY – JK. Yang pertama ialah disaat 100 hari pertama kepemimpinannya, tokoh tersebut gencar mengusut KKN yang dilakukan oleh pejabat/mantan pejabat dan keluarga/kroni-kroninya. Namun, tanggal 26 Desember 2004, bencana nasional berupa gelombang tsunami meluluh lantahkan Aceh dan Kepulauan Nias. Padahal, SBY saat itu, berada di Maluku untuk meninjau korban bencana alam Alor dan Nabire. Pesawat yang mengawal perjalanan orang nomor 1 di Indonesia itu pun dikabarkan mengalami kecelakaan waktu itu.

Itulah Indonesia, sebagai negara kesatuan, satu tersakiti semua ikut tersakiti. Bencana demi bencana secara berseri dan berjilid tersusun rapi melanda bunda pertiwi. Palu, Magelang, Manado, Tasikmalaya, Singaraja Bali, Padang, Bau Bau, Maluku dan beberapa daerah lain diguncang ledakan minimal 5,0 SH. Mana lagi kebakaran hutan di Kalimantan dan di Aceh, Banjir dan tanah longsor di Jakarta.

Bencana belum teratasi, muncul konflik antara Indonesia dengan Malaysia. Setelah Kepulauan Sipadan dan Ligitan jatuh ketangan Malaysia melalui sidang Mahkamah International, Malaysia kembali mengklaim Kepulauan Ambalak adalah miliknya. Disaat itupula banyaknya tenaga kerja Indonesia dipulangkan dari negara tersebut dengan alasan surat keimigrasian. Ironisnya banyak saudara-saudara kita yang mendapat perlakuan yang tidak wajar dari negara asal penyanyi terkenal Siti Nurhalizah itu. Ketegangan dibeberapa daerah juga menjadi bagian dari sandiwara yang dilakoni putra daerah pasca pilkada. Pro dan kontra terhadap salah satu kandidat menyebabkan seringnya terjadi kerusuhan. Perkelahian antar kampung, kelompok, ras dan agama juga masih sering terjadi. Bahkan, sempat terjadi tawuran antar mahasiswa dari dua Universitas yang berbeda di Kota Makassar dan perkelahian saudara (antar fakultas) di salah satu Universitas ternama di Sulawesi Selatan.

Ini Indonesia, Bung! Satu masalah belum selesai, muncul seribu satu masalah. Setelah ditemukannya gejala-gejala penyakit polio di NTT kemudian merebak ke daerah lain diseluruh penjuru tanah persada Indonesia, memaksa program pemerintah tempo dulu (Indonesia bebas polio) tidak berlaku lagi. Selanjutnya ditemukan kasus gizi buruk dan terakhir penyakit flu burung yang juga tidak lepas dari perhatian kita. Bahayanya, kasus-kasus tersebut telah memakan korban.

30 September diperingati sebagai hari berkabung nasional, keesokan harinya (1 Oktober 2005), kenaikan harga BBM jilid II kembali terjadi mengikuti naiknya harga minyak dunia. Hari berkabung nasional telah menandai naiknya BBM, berbagai lapisan masyarakat dampak dari semua itu. Disisi lain, pemerintah belum menyadari bahwa pelayanan yang diberikan kepada publik selama ini masih lemah. Dana kompensasi BBM yang diharapkan menjadi jurus ampuh ternyata tidak sesakti yang diharapkan. Banyak keluarga miskin yang tidak mendapat jatah dari dana tersebut, disisi lain banyak pula orang yang tidak berhak mendapat jatah, malah kebagian. Akibat dari itu, sebuah ledakan bom di Bali kembali menggegerkan dunia internasional. Diperkirakan ledakan bom Bali jilid II tersebut merupakan sebuah bentuk protes terhadap pemerintah. Hal tersebut terjadi dikarenakan BBM saat ini, perlahan tapi pasti telah menjadi keperluan pokok bagi masyarakat Indonesia, namun menjelang melambungnya harga BBM ternyata kelangkaan BBM masih ditemui diseluruh penjuru tanah air. Walaupun demikian alasan peledakan bom Bali tersebut diatas, tidak boleh dijadikan sebagai alasan kuat, mengingat sejak tahun 2000, Indonesia memang sudah menjadi sarang teroris yang dibawa oleh Dr. Ashari yang telah dikabarkan telah mati 9 Nopember yang lalu.

Penyesatan umat melalui shalat dua bahasa, munculnya nabi palsu, sampai ke berkembangnya jamaah ahmadiyah juga tentunya tidak lepas dari ingatan kita. Pemadaman listrik secara bergilir yang terkesan “tiba-tiba” menyebabkan banyaknya peralatan elektronika mengalami kerusakan bahkan banyak saudara-saudara kita kehilangan harta benda akibat amukan sijago merah. Kecelakaan pesawat, kecelakaan kereta api, dan kecelakaan kendaraan roda empat mapun roda dua juga merupakan bagian dari derita Indonesia yang seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita. Oh... Indonesiaku, sungguh malang dirimu. Engkau terbelilit utang Rp. 1,285 trilyun yang telah hampir jatuh tempo, sementara rakyatmu mengalami penderitaan yang berkepanjangan yang tak tahu sampai kapan peristiwa ini akan berakhir. Engkau gadaikan kemana mereka, untuk membayar utang-utangmu?

Yang jelas, Indonesia saat ini sebuah gambaran suram negara dunia ketiga ditengah-tengah percaturan dunia. Dari sisi politik, negara ini dipenuhi dengan ketidak pastian. Banyak politisi bermasalah yang tidak kredibel, tidak kompeten dan menghalalkan segala cara yang akhirnya merusak iklim kepemimpinan nasional di negara ini. Partai-partai politik banyak didirikan untuk kepentingan pribadi dan golongan pendirinya bukan untuk kepentingan bangsa dan negara. Ketidak pastian hukum telah memperburuk situasi negara ini sehingga dapat diperjualbelikan sesuai dengan kebutuhan para pemilik kekayaan dan kekuasaan. Kondisi ini membuat hukum beserta aparat penegaknya tidak memiliki wibawa ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Indonesia yang sangat kita cintai ini, sedang sakit. Ungkapan demikian barangkali yang paling pantas diucapkan dalam menanggapi masalah tersebut diatas. Krisis ekonomi yang melanda bangsa ini sejak Juli 1997 begitu sangat dahsyat, hingga jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan semakin bertambah. Berdasarkan data per 1 Maret 2005, tercatat penduduk miskin Indonesia mencapai 41 juta jiwa dari 203.456.005 jiwa penduduk Indonesia berdasarkan sensus tahun 2000. keterpurukan ekonomi akibat krisis berkepanjangan adalah bagian dari masalah yang mendesak untuk diselesaikan. Setelah lebih dari 8 tahun krisis, fundamental ekonomi Indonesia masih goyah dan sering turun tidak menentu. Tentu saja hal ini memprihatinkan karena negara ini menjadi objek permainan negara yang memiliki ekonomi kuat. Selain sektor ekonomi, pendidikan adalah sektor lain yang sama parahnya. Tingkat pendidikan formal masyarakat yang masih rendah, membuat sebagian besar masyarakat Indonesia sering kali berpikir untuk tujuan jangka pendek dalam mengatasi permasalahan. Dikucurkannya dana BOS untuk SD dan SMP diharapkan mampu menjadi senjata ampuh untuk menyukseskan Wajib Belajar 9 Tahun, ternyata belum mampu merubah pola pikir masyarakat Indonesia akan pentingnya pendidikan. Disisi lain guru-guru yang pada tanggal 25 Nopember nanti akan memperingati hari PGRI, sampai sekarang belum ditingkatkan kesejahteraannya. Kasihanlah pahlawan tanpa tanda jasa kita, mereka telah berusaha mencetak orang-orang yang layak duduk dikursi kepemimpinan, akan tetapi telah dilupakan oleh orang yang telah duduk dikursi empuk tersebut.

Dari sederetan musibah yang terjadi di pangkuan bunda pertiwi, Sudah Banyak Yang menjadi Korban (SBY JK), sehingga menimbulkan satu pertanyaan. Apakah ini semua azab dari Allah SWT kepada bangsa ini...? ataukah hanya sebatas ujian kepada kita...? Wallahu A’lam Bi Ash-Shawab. Yang jelas kita harus introspeksi diri bagaimana hubungan kita kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama manusia, dan hubungan kita kepada alam ini. Selain itu, sejauh mana tingkat kepedulian sosial kita terhadap sesama anak bangsa yang menjadi korban dari sederetan peristiwa yang telah melanda bangsa ini.

Yang jelas, betapapun juga, kondisi Indonesia saat ini bukanlah akhir dari segalanya. Seburuk apapun kondisinya, Indonesia tetaplah tanah air kita yang sangat layak untuk diperjuangkan, disinilah kita lahir dan disinilah kita hidup. Jangan ada kata “menyesal” dilahirkan dipangkuan bunda pertiwi, karena bangsa ini telah menjadi amanah Illahi yang diwariskan oleh para pahlawan yang telah berjuang meneteskan darah terakhir mempersembahkan kemerdekaan negeri ini dari para penjajah.

Kepemimpinan bangsa yang bersih dan bervisi dengan dilandasi keimanan dan keyakinan akan kebenaran nilai-nilai agama sangatlah diharapkan untuk membawa bangsa ini dari keterpurukan krisis multi dimensi menuju negeri yang sejahtera lahir dan batin (Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur). SBY – JK, sebenarnya telah memberikan yang terbaik untuk Indonesia, tengoklah ketika terjadi penandatangan nota kesepakatan antara Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka demi untuk perdamaian dan ketentraman bangsa dan negara ini. Oleh karena itu, marilah kita do’akan untuk keselamatan bangsa ini sekaligus kita gerakkan dakwah sebagai pengkaderan intelektual muslim yang berakhlakul karimah dan siap menjadi khalifatullah fil ardh.

Mengakhiri tulisan ini, penulis mengutip janji-janji SBY yang dirangkum oleh redaksi “Majalah Berita SEMANGAT REVOLUSI edisi No. 01 tahun I, Agustus 2004 dari “panggungpemilu:liputan6.com (02/03/04)” dalam platform Susilo Bambang Yudhoyono – Muhammad Jusuf Kalla sebagai berikut: (1) Susilo Bambang Yudhoyono pada acara pengukuhannya sebagai Capres bersama cawapresnya Jusuf Kalla di Jakarta Convension Centre, (10/5) mengungkapkan, “Jika saya terpilih sebagai Presiden, maka saya akan menghentikan konflik. Selain itu saya akan membawa Indonesia kearah perubahan dan saya juga meminta kepada seluruh masyarakat untuk membangun Indonesia bersama-sama dengan adil, damai dan sejahtera”, tegasnya. (2) Pasangan ini juga berjanji akan memperbaiki ekonomi nasional.langkah yang akan ditempuh, diantaranya yakni menciptakan iklim usaha yang lebih baik, membenahi sektor pajak dan ketenagakerjaan.

Apakah dalam 1 tahun pemerintahannya, SBY – JK telah merealisasikan janji-janjinya? Kembali kepada pembaca, bagaimana anda menilainya. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1426 H, Taqobbalallahu Minna Waminkum, Minal Aidin Walfaidzin, Maaf Lahir dan Batin. (Accher Collections)

*) Penulis adalah : Pengelola Raztacom Anabanua Kec. Maniangpajo,

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada