TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

11 May 2010

Insomnia Bikin Hasrat Seks Anda Turun

Apakah Anda sering sulit memejamkan mata setiap lewat tengah malam. Menjelang pagi barulah mata Anda mau terpejam. Jika hal itu dibiarkan terus, tanpa disadari Anda sudah menderita insomnia. Gejala lainnya adalah banyak bermimpi, gelisah, bangun tidur badan tak segar, dan daya ingat menurun.
Insomnia sering ditemui tapi jarang penderitanya menyadari, dan kemudian mau mengobatinya secara serius. Padahal insomnia menurunkan kualitas hidup penderitanya. Beberapa dampak insomnia seperti mudah tersinggung, nafsu makan tinggi dan dapat menimbulkan obesitas, diabetes, penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan sistem imun, dan penurunan gairah seksual. Selain itu, insomnia juga dikaitkan dengan gangguan psikologik, misalnya terjadi depresi, kecemasan, dan penurunan daya ingat.

Pada dasarnya tidur berfungsi meresusitasi otak dan mengkonsolidasi daya ingat. Insomnia cenderung dihubungkan dengan buruknya kualitas hidup, meningkatnya penggunaan jasa kesehatan, dan anjloknya finansial.

Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 persen, atau sekitar 28 juta orang dari total 238 juta penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, insomnia terbanyak diderita kaum wanita.

Insomnia diartikan sebagai persepsi atau keluhan atas berkurangnya tidur. "Jumlah jam tidur seseorang (penderita insomnia) sangat individual sekali. Dianggap normal jika jumlahnya masih 5-8 jam. Terpenting ketika bangun merasa segar dan tidak mengantuk di siang hari," kata dokter spesialis kejiwaan dari FKUI/RSCM, Nurmiati Amir, pada jumpa pers tatalaksana komprehensif insomnia di Jakarta, Sabtu (1/5/2010).

Selain tidur dengan waktu yang cukup, manusia juga harus tidur secara sehat atau berkualitas. Banyak masyarakat yang tak menyadari jika dirinya tidur tidak lelap, banyak bermimpi, gelisah, bangun tidur tidak segar, dan siang hari mengantuk. Padahal, itu lah gejala insomnia.

Nurmiati menambahkan, insomnia disebabkan oleh gangguan kimia otak, hormon (stresor, hormon pertumbuhan, dan melatonin, estrogen), sistem imun, gangguan psikiatrik, depresi, ketergantungan zat, kondisi medik lain seperti asma, reumatologi, menopause, dan inkontinensia.

"Karena faktor estrogen jugalah yang menyebabkan perempuan lebih banyak terkena insomnia, karena ada yang pra, pasca, dan saat menstruasi. Begitu juga menjelang dan pasca menopause," tambah Nurmiati.

Perawatan insomnia terhadap penderitanya harus secara komprehensif atau menyeluruh. Dokter terlebih dahulu akan mencari pencetus insomnia. Apakah karena stres, ketergantungan obat, atau kebiasaan tidur yang salah. Jika hanya memberi obat tapi akar masalahnya tidak diobati, pengobatannya jadi percuma.

"Idealnya orang tidur tidak perlu obat tidur, tapi sekarang banyak yang pakai obat, karena untuk mengubah perilaku tidur dan edukasi sangat lambat sehingga farmakologi atau pemberian obat lebih disukai," kata Nurmiati lagi. Pemberian obat tidur harus dengan resep dokter agar dosisnya yang tepat.

Secara keseluruhan, langkah pertama dalam penatalaksanaan insomnia adalah dengan memeriksa pasien secara lengkap, baik fisik atau psikologik.

Pemeriksaan fisik misalnya apakah ada hipertensi, rematoid artritis, dan gangguan hormonal. Selain itu ada juga pemeriksaan psikologik, misalnya depresi, ansietas, dan gangguan kepribadian. Penyakit fisik atau psikologik yang mendasari insomnia harus diobati. Selanjutnya dilakukan terapi farmakologi dan non farmakologi.

Tidur malam tak tergantikan

Mungkinkah jam tidur diganti? Ada kalanya, tidur siang dijadikan alasan untuk mengganti tidur malam. Padahal, tidur malam tak tergantikan. Hal ini berhubungan dengan bekerjanya hormon melatonin yang berhubungan dengan daya imun.

Pada saat tidur malam itulah proses detoksifikasi terjadi, yakni menghancurkan toksin dan zat yang merusak tubuh lainnya. Proses ini dikendalikan oleh hormon melatonin. Nah, hormon ini mulai bekerja pada pukul 21.00 hingga menjelang pagi. Sementara tidur siang, melatonin tidak keluar. "Kalau orang sering tidak tidur pada malam hari, jadi sering sakit karena tidak ada detoksifikasi," katanya.

Ia menambahkan, aksi "balas dendam" tidur malam pada siang hari daya imun menjadi semakin lemah.

Nurmiati juga menjelaskan, saat melatonin keluar pada pukul 21.00, temperatur tubuh juga ikut menurun. Saat temperatur turun inilah biasanya waktunya tidur.

"Orang tidur lebih nyenyak ketika suhu ruangan nyaman dan tidak panas, sehingga ketika orang demam, biasanya tidak bisa tidur dan suhu ruangan harus dibuat lebih dingin agar temperatur tubuh juga ikutan dingin," katanya.

Adanya global warming yang membuat suhu udara semakin panas pastinya akan membuat orang jadi sulit tidur

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada