TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

26 June 2010

Survey dan Pemetaan

Alat Survai Elektronik dan Komputer
Saat ini, survai dan pemetaan gua jaman sekarang sudah semakin mudah untuk dikerjakan. Masalah-masalah yang terjadi semakin mudah pula untuk diselesaikan. Keberadaan alat survai elektronik untuk mengukur jarak, kompas dan clinometer digital membuat perjalanan survai makin cepat dan akurat. Perangkat lunak untuk survai gua pun sudah tersedia, baik yang diperoleh secara gratis maupun tidak, ke dalam komputer tablet atau personal digital assistance (PDA), sehingga surveyor gua tidak lagi perlu membawa sejumlah besar lembar kerja lapangan untuk mencatat angka dan sket perjalanan. Perkembangan saat ini adalah menghubungkan alat survai elektronik dengan PDA untuk mempermudah proses penyimpanan data yang tidak membutuhkan penulisan, yang dapat mengurangi kemungkinan kesalahan.

 

Pemilihan dan efektifitas penggunaan alat survai serta software untuk pemetaan sepenuhnya tergantung kepada manusia yang menggunakannya. Kekurangan dan kelemahan dari masing-masing perangkat pembantu itu hanya dapat diatasi oleh akal manusia. Untuk itu, bagaimanapun juga pengajaran dasar-dasar pemetaan gua secara analog, harus tetap diajarkan dan dilakukan sampai tingkat tertentu agar manusia bisa mengatasi kekurangan dan kelemahan itu. Dan agar manusia bisa tetap melakukan survai gua dan pemetaan jika tidak ada alat-alat tersebut. Bahkan jika tidak ada perlengkapan pemetaan gua analog yang selama ini sudah dipergunakan.


PENDAHULUAN

Banyak pertanyaan yang muncul mengenai teknik dan metode pemetaan gua yang lebih cepat atau akurat daripada cara konvensional. Bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di newsgroup atau mailing list surveyor gua internasional. Sebagian pertanyaan tersebut menyangkut aplikasi penemuan baru atau teknologi baru. Informasi tentang aplikasi teknologi informatika dan instrumentasi tersebut tidak tersebar ke tanah air. Hal yang sangat disayangkan, di saat fasilitas untuk mengakses informasi global sudah demikian mudah.

Tulisan ini bertujuan untuk mengenalkan dan mendeskripsikan aplikasi kemajuan teknologi instrumen elektronika dan informatika untuk kegiatan pemetaan gua. Mulai dari tahapan survai (pengambilan data) hingga penggambaran peta. Aplikasi kemajuan teknologi tersebut meliputi perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Juga terdapat uraian singkat mengenai kegunaan masing-masing perangkat dan mungkin sedikit perbandingan dengan perangkat lain atau perangkat konvensional.

Penciptaan perangkat tersebut biasanya didasarkan atas kebutuhan efisiensi waktu pengambilan data lapangan, ketelitian data yang diambil, dan kemudahan integrasi terhadap perangkat lainnya. Namun ada pula perangkat yang diciptakan untuk kegunaan lain namun dapat secara langsung diaplikasikan ke pekerjaan pemetaan gua.

Instrumen untuk survai lapangan yang terdiri dari pengukuran sudut horisontal menggunakan kompas, pengukuran sudut vertikal menggunakan clinometer, dan pengukuran jarak menggunakan pita ukur, sekarang ini sepenuhnya dapat tergantikan oleh instrumen elektronik. Penggunaan instrumen ini lebih efisien dari sisi waktu, dan lebih akurat dari sisi data.

Perangkat elektronik penggunaannya menggantikan perangkat mekanik berbasis penglihatan (kompas dan clinometer). Kompas memiliki sumber kesalahan akibat berbasis pada medan magnetik bumi dapat dipengaruhi oleh medan magnetik lokal dan sumber-sumber magnetik lain misalnya penggunaan senter logam yang terlalu dekat. Kompas dan clinometer, keakuratan penggunaannya sangat dipengaruhi oleh tangan dan mata surveyor. Sementara perangkat lunak di bidang informatika, mampu menggantikan proses-proses pengolahan data hingga penggambaran peta konvensional yang makan waktu banyak dan penuh sumber kesalahan. Bahkan perangkat lunak yang tersedia untuk pengolahan data dan penggambaran peta, mampu bekerja dengan perangkat lunak lain untuk menghasilkan peta atau data yang jaman dahulu sulit untuk dilakukan. Dan semuanya itu hanya membutuhkan sedikit pekerjaan serta waktu tambahan saja.

Dalam tulisan ini terpaksa harus banyak sekali memuat nama produk. Bukan dalam niatan penulis untuk mempromosikan produk tersebut, namun hanya untuk memaparkan bahwa ada sebuah produk untuk jenis fungsi tertentu yang dapat dipergunakan untuk pekerjaan pemeaan gua.

PERANGKAT PENGAMBILAN DATA

Alat ukur sudut horisontal (kompas) dan vertical (clinometer)

Selama ini alat ukur sudut horisontal yang sering dipergunakan oleh surveyor gua untuk grade 5 adalah kompas magnetik yang memiliki ketelitian hingga 1�. Kompas-kompas ini bersandar pada medan magnetik bumi. Pembacaan besarnya sudut antar stasiun didasarkan pada penglihatan. Kompas konvensional menggunakan sebuah garis vizir di dalamnya sebagai pengarah untuk "ditembakkan" ke target. Hal ini bisa menjadi sumber kesalahan, jika cara memegang, mengarahkan, dan menempatkan mata tidak berada pada satu garis yang lurus.

Surveyor gua melengkapi kompas dengan laser sebagai garis bidik ke arah target. Dengan cara ini kompas benar-benar mengarah ke target sehingga mengurangi/ menghilangkan kesalahan pembacaan. Namun, laser pointer yang dipasang pada kompas memiliki medan magnetik yang dapat mempengaruhi kompas. Untuk itu dibutuhkan sebuah kalibrasi terhadap laser pointer ini.

Sekarang telah banyak tersedia kompas digital untuk pendukung kegiatan alam bebas. Salah satunya adalah kompas digital Silva Nomad (http://www.silva.se). Kompas ini dapat dipakai dalam kegelapan karena memiliki background lighting. Disamping itu, kompas ini dapat menyimpan arah tujuan dan arah kebalikannya. Hal ini mungkin dapat berguna jika surveyor sedang menyurvai gua dengan mulut gua lebih dari satu.



Gambar kompas Silva Nomad

(sumber: http://www.silva.se/outdoor/products/ecom_nomad.htm)





Gambar Laser kompas(sumber: http://www.cavediggers.com/compasslaserMartin.jpg.



Namun ternyata kalangan surveyor gua di negara Amerika Serikat dan Inggris cenderung untuk membuat sendiri kompas digital dengan akurasi dan resolusi yang lebih baik.

Sebuah artikel tulisan Martin Melzer dalam jurnal The Cave Radio & Electronics Group (CREG)-BCRA 54, How To Build an Electronic Cave Surveying Instrument , memaparkan cara membuat alat survey elektronik. Yang dimaksud dengan alat survey elektronik dalam artikel jurnal tersebut adalah kompas dan clinometer elektronik. Pembuatan kompas elektronik, dapat dilakukan dengan dua cara. Yaitu dengan membeli modul kompas ke vendor atau membuat modul compas sendiri.

Modul kompas ini sudah tersedia berbagai produk dengan keakuratan dan resolusi yang bervariasai. Salah satu modul kompas yang dianggap cukup baik oleh kalangan surveyor gua di Amerika berharga sekitar 500$! Pemasangannya harus tetap memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah wadah yang non magnetik, cara menampilkan/ menyimpan data, laser ranger, dan kalibrasi laser ranger. Laser ranger adalah perangkat tambahan yang sangat penting untuk secara langsung dapat diketahui jarak dari alat tersebut ke target. Alat ini memiliki medan magnetik yang mempengaruhi kompas.

Dibawah ini contoh pemasangan modul kompas/ clinometer digital (oleh Mark Passerby & Nigel Dyson-Hudson) produksi True North Technologies' Revolution di sebuah kotak pengaman yang tahan air.



Gambar modul kompas
(Sumber http://www.caves.com/truenorth/)



Jika ingin membuat kompas elektronik sendiri, dalam artikel tersebut disebutkan bahwa dapat menghemat biaya yang cukup berarti. Yang dibutuhkan adalah sebuah susunan sensor magnetik dimana banyak produsen yang menyediakan sensor magnetik ini. Kemudian yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi semua kemungkinan sumber kesalahan yang bersifat mekanis maupun elektrik, menyusun sebuah program untuk mengkalibrasi kesalahan, dan suatu model simulasi yang dapat menghasilkan serangkaian data dengan kesalahan perubahan geometrik dan elektrik yang dapat dipergunakan untuk memverifikasi kalibrasi.

Pembahasan tentang clinometer elektronik buatan sendiri tidak terlalu banyak karena dianggap bahwa medan gravitasi jauh lebih stabil daripada medan magnetik sehingga tidak membutuhkan perlakuan khusus terhadap modul clinometer.

Tersedia pula clinometer buatan pabrik yang akurasi dan resulusinya cukup tinggi, melebihi clinometer analog yang selama ini dipergunakan. Misalnya adalah SmartTool.



Clinometer elektronik dan tampilan pembacaan
(Sumber: http://www.haglofsweden.com/)



Gambar clinometer elektronik SmartTool
(Sumber: http://www.speedpartz.com/smarttool.html )

Sebuah tim dari Belgia, memasang sebuah laser pointer pada clinometer elektronik untuk menjamin agar clinometer benar-benar mengarah pada target.


Gambar Clinometer elektronik dan laser pointer dan pemasangannya
(Sumber: http://users.skynet.be/avalon/avalonuk/technical/laserclino.htm )



Keuntungan pemakaian alat survai elektronik ini selain keakuratan dan efisiensinya adalah, bahwa jika selama ini menggunakan alat survai mekanik, sering kali lobang bidik kompas atau clinometer tertutup kotoran sehingga menghambat pembacaan sudut.

Alat ukur jarak

Alat ukur jarak elektronik, biasanya disebut dengan range finder. Yang paling banyak dibahas di komunitas surveyor gua adalah yang berjenis laser range finder. Dan salah satu produk yang paling sering dibahas adalah Leica Disto. Vendor produk ini menawarkan beberapa tipe dengan berbagai akurasi dan kemampuan. Keakuratannya dari 3 mm hingga 1.5 mm, dan dapat mengukur jarak kisaran dari 0.2 meter hingga lebih dari 200 meter.


Gambar Range Finder Leica Disto Lite 5
(Sumber: http://www.swoptics.co.uk/list.asp?CAT=102 )



Tipe Disto lainnya dilengkapi dengan teknologi Bluetooth sehingga data yang diperoleh dari range finder ini dapat langsung ditransfer ke PDA (pocket PC) atau laptop tanpa menggunakan kabel. Dilengkapi pula dengan software PlusDraw yang secara langsung membuat skets berdasar data yang diperoleh dan dapat ditransfer ke PC (tipe file bmp) sementara datanya dapat direkam sebagai file Excel oleh software PlusXL.


Untuk mengefisienkan perjalanan survai, surveyor gua melekatkan secara langsung saling memunggunig, antara clinometer elektronik pada range finder ini. Dengan sekali kerja mengarahkan range finder ke target, sekaligus pula diperoleh sudut kemiringan ke target tersebut. Di bawah ini adalah contoh range finder Disto dan clinometer SmartTool yang dilekatkan saling memunggungi.


Gambar range finder dan clinometer
(Sumber: http://www.cavediggers.com/digiclo.JPG )



Ada produk lain yang memiliki tiga fungsi sekaligus, sebagai alat ukur sudut horisontal, vertikal, dan sebagai alat pengukur jarak (range finder) yaitu produksi Kombi. Alat ini juga memiliki kemampuan menyimpan 1000 data pengukuran di memory internalnya.


Gambar Kombi-4



Perangkat perekam data
Pada pemetaan gua konvensional, data direkam di dalam lembar kerja lapangan. Lembaran tersebut harus dari bahan yang tahan air, lumpur, tidak mudah sobek, dan dapat ditulisi menggunakan pensil. Lembar kerja lapangan terdiri dari dua jenis, untuk merekam data hasil pembacaan instrumen dan untuk merekam skets dan situasi lorong gua. Medan yang berlumpur, berair, memanjat, menggantung di tali, ditambah kemungkinan kesalahan mencatat sehingga harus menghapus menggunakan karet penghapus, dan semua pekerjaan deskriptor dan pencatat data, sungguh membutuhkan manajemen pencatatan data dan manajemen alat-alat tulis.

Sekarang, surveyor gua cukup membawa sebuah PC Tablet yang diinstall software yang bertugas untuk merekam data survai.

TDS Recon

(Sumber : http://www.caves.com/recon/ dan dan http://www.tdsway.com/handhelds)
Unit ini dipegunakan untuk mengumpulkan dan merekam data survai. Menggunakan aplikasi Spreadsheet yang disebut SpreadC dan sebuah program untuk membuat skets survai. Kelebihan dari unit ini adalah bahwa semua file yang diinstall di Recon, diinstall di Flash Memory atau di card Compact Flash external. Sehingga semua data masih tetap terjaga sekalipun sudah kehabisan daya batery sama sekali. Units ini sendiri dapat beroperasi tanpa henti dan dengan catu daya yang tanpa diisi ulang selama 15 jam.


Gambar pemakaian TDS Recon di dalam gua (kiri) dan
masukan data ke dalam SpreadC di Recon (kanan)
(Sumber: http://www.caves.com/recon/)



Gambar Rekaman Data di SpreadC (kiri) dan Sket (kanan)
(Sumber : http://www.caves.com/recon/)



Units ini dijual secara bebas, namun harganya cukup tinggi untuk ukuran kantong orang Indonesia. Harganya $1,499 U.S. and $1,529 U.S untuk penjualan ke pihak di luar Amerika.

Auriga Palm OS
Auriga adalah perangkat lunak bebas (freeware) yang berjalan di PDA Palm OS yang dipergunakan untuk konversi input data conversion kedalam koordinat Cartesian. Software ini berdasar pada apa yang telah dilakukan Martin Melzer dalam membuat sebuah perangkat sensor (range finder dengan kompas dan clinometer elektronik) dirangkai dengan software Palm OS agar secara otomatis dapat menyimpan data survai gua.


Gambar Kotak Sensor (Kiri) dan PDA Palm OS
(Sumber http://www.sat.dundee.ac.uk/%7Earb/creg/journals/j54.html)



Dibandingkan dengan lembar kerja lapangan Auriga menawarkan data numerik yang lebih mudah dibaca, mengurangi kesalahan ketika memindahkan data dari lembar lapangan ke lembar proses data atau komputer, data dapat diback up ke laptop menggunakan infra merah, surveyor dapat secara langsung melihat tampilan garis survey gua sementara sehingga dapat mendeteksi adanya kesalahan, dapat mengetahui kecepatan proses eksplorasi, statistik gua, arah lorong, posisi dan lain-lain secara langsung (real time) tanpa harus keluar dari gua terlebih dahulu.

Dibadingkan software yang berjalan pada PC/Mac, Palm OS jelas lebih murah dan lebih nyaman dipergunakan di lingkungan bawah tanah. Sekalipun begitu, Auriga ini tidak ditujukan untuk menggantikan software yang demikain banyak berjalan di PC/ Mac yang menggunakan sistem operasi Windows atau Macintosh, tetapi dapat menjadi sebuah perangkat pelengkap. Yaitu sebagai perangkat perekam data, belakangan data dapat ditransfer ke PC/ Mac untuk diproses lebih lanjut.


Gambar tampilan Auri4ga di Palm OS.
(Sumber : http://www3.sympatico.ca/leblanc.luc/auriga/)



Alat Survai Non Magnetik
Alat survai untuk memetakan gua yang tidak berbasis magnetik juga mengalami kemajuan yang sangat besar. Theodolit konvensional yang berbasis optik, sekarang mengandalkan sinar infra merah untuk "menembak" target. Dengan menggunakan infra merah ini kesalahan akibat refraksi sinar oleh beda tekanan udara dapat dikurangai. Ketelitian dan akurasinya juga makin tinggi.

Ditambah lagi kemampuan menyimpan data survai sehingga tidak perlu lagi dilakukan kegiatan pencatatan data yang menambah kemungkinan kesalahan data akibat pencatatan. Data yang tersimpan di dalam internal memory, dapat langsung di-download pada komputer. Biasanya theodolite ini disertai dengan software bawaan. Dengan menggunakan softaware ini, data hasil survai dapat langsung diproses untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan. Pekerjaan-pekerjaan dalam pengolahan data yang biasanya memakan waktu cukup banyak, dapat dilakukan dalam waktu singkat. Termasuk koreksi dan kalibrasi.

Dengan resolusi dan akurasi yang tinggi, maka penggunaan theodolite ini dipergunakan dalam proyek-proyek pengembangan dan pemanfaatan gua yang membutuhkan ketelitian pemetaan sangat tinggi. Misalnya dalam penentuan titik bor, seperti di Gua Bribin.




Gambar Penggunaan Theodolite di Gua Bribin
(Sumber http://www.hoehlenbewirtschaftung.de/Images/Jul2003/En.html)



Sensor Image 3D

Selama ini dalam dunia pemetaan gua dikenal survai magnetik, yang menggunakan kompas, dan non magnetik (Grade X) yang menggunakan theodolite, baik yang buatan sendiri maupun buatan pabrik. Alat survey berikut ini tidak secara khusus dibuat untuk pekerjaan survai gua. Namun kemampuan dan fungsinya dapat dipergunakan untuk merekam situasi gua secara langsung. Prinsipnya adalah alat ini mempergunakan LASER untuk melakukan scanning (pemindaian) terhadap bagian yang dituju. Kemudian merekam hasil scanning direkam dalam komputer dan diolah hingga mendapatkan gambar tiga dimensi yang sama dengan profil target.

Alat ini terintegrasi dengan software yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan bersama alat ini serta kamera untuk kalibrasi warna yang beresolusi tinggi. Kombinasi dari komponen-komponen survai metode ini (scanner, software, kamera) memberikan hasil: mesh tekstur yang beresolusi tinggi secara otomatis, rekonkstruksi tiga dimensional menyerupai foto, identifikasi detail yang persis sama, pengukuran posisi dan jarak secara online, setting secara online dari berbagai sudut pandang.

Ketelitian dan akurasi alat in cukup tinggi. Keakuratannya dalam pembidikan tunggal adalah 10 mm, dan bila dengan rata-rata adalah 5 mm. ketelitian pengukuran adalah 5 mm.

Di bawah ini adalah gambar-gambar yang pernah diambil penulis di www.riegl.com, sayangnya sekarang situs ini sudah di-update dengan meniadakan gambar-gambar di bawah ini beserta artikelnya yang mendeskripsikan pelaksanaan scanning di dalam gua



Gambar alat scan dan skema koneksi dengan laptop





Gambar tahap-tahap scanning situasi lorong gua





Gambar hasil scanning
Dalam situs resmi produsen alat ini, tidak ditampilkan scanning lorong gua dari lantai hingga ke atap.



Metode dan Arah Rekaman Data

Metode survey berdasarkan arah pengambilan data.

Ada dua metode survey, yaitu :
a. Forward method
Dimana pembaca alat (shooter) dan pencatat pada stasion pertama seorang lagi sabagai target pada stasiun kedua. Setelah pembacaan selesai pembaca dan pencatat berpindah ke stasiun



Gambar Sket Survai Forward Methode
Perpindahan stasiun antara target dan pembaca harus menempati tempat yang sama.



B.Leapfrog Methode.
Disebut Leap frog methode karena metode arah pengambilan datanya seperti lompat katak. Untuk metode ini menggunakan lembar kerja (work sheet) lapangan yang berbeda dengan forward methode. Lihat kembali di alat survai magnetik.


Gambar Sket Survai Leap Frog Methode



Arah survai berdasar arah pengumpulan data:

1. Top to Bottom
Pengumpulan data dimulai dari entrance menuju ujung lorong/dasar dari gua atau sampai stasiun terakhir.

2. Bottom to Top
Pengumpulan data dari ujung lorong/ dasar gua menuju entrance. Jadi merupakan kebalikan dari sistem di atas.

PENENTUAN STASIUN
Dasar pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan suatu stasiun survey:
  1. Perubahan arah
  2. Perubahan ekstrim bentuk lorong (3 dimensi): belokan, turunan, atap turun, perubahan lebar dinding
  3. Batas pengukuran (30 m)
  4. Perubahan elevasi ekstrim (pitch, climb)
  5. Temuan-temuan penting : biota, ornamen khusus, litologi,dan sebagainya.


  6. Pengukuran dan pembacaan pada stasiun belokan

(Gambar dari Buku Surveying Cave, BryanEllis)


    TIM SURVEY

    Idealnya dalam satu tim survey/ pemetaan gua terdiri dari 4 orang, dengan pembagian tugas sebagai berikut:

    1. Orang pertama :Sebagai pembaca alat-alat ukur, membawa clinometer, kompas, dan meteran.

    2. Orang kedua : Sebagai pencatat data pengukuran, diskriptor, cross section (irisan lorong), dan skets perjalanan.

    3. Orang ketiga : Sebagai target pengukuran, membawa ujung meteran. tinggi badan orang pertama dan ketiga ini harus sama, tujuannya mengurangi kesalahan dalam pengukuran sudut elevasi kemiringan lantai).

    4. Orang ke empat : sebagai leader, penentu titik stasiun maupun sebagai pemasang lintasan pada penelusuran gua vertikal

    Jika harus dilakukan oleh dua orang (leap frog method):

    1. Orang pertama : Pembaca alat ukur (kompas, clinometer, pita ukur), penentu stasiun.

    2. Orang ke dua : Pencatat pengukuran, diskriptor, skets, target, penentu stasiun.

    Untuk menjadi diskriptor, pekerjaan ini cukup sulit, karena pertanggungjawaban detail dan rekaman data terletak pada pekerjaan anggota tim ini. Kesalahan dalam pembacaan kompas atau clinometer, terkadang bisa dikoreksi langsung oleh diskriptor yang berpengalaman. Efisiensi waktu juga tergantung kepada diskriptor. Diusahakan orang yang diserahi tugas sebagai diskriptor, mampu merekam dan menuangkan situasi gua yang disurvey dalam work sheet dengan jelas dan lengkap, sehingga tidak menyulitkan pada waktu pengolahan data dan penggambaran peta.

    Dalam survey gua, yang berfungsi sebagai stasiun adalah orang yang bertugas membaca alat ukur dan orang sebagai target. Untuk itu kedua orang ini harus memilik tinggi badan yang sama atau mendekati. Karena perbedaan tinggi tubuh akan berpengaruh pada pembacaan clinometer.

    Rekaman Data


    Data
    Kolom
    1. Jarak Jarak yang diukur adalah :
    Antar stasiun
    Tape
    Dinding kiri dan kanan dari stasiun Wall (Left, Right)
    Lantai terhadap atap Passage (Heigth)
    Tinggi stasiun Stasiun Height
    Detail situasi Work sheet skets Worksheet skets
    2. Sudut
    Besar sudut arah lorong terhadap Utara Kompas
    Besar sudut kemiringan lorong antar stasiun Clino
    4. Cross Section (Penampang melintang lorong) Detail penampang melintang lorong dan ukuran Skets dan Catatan
    Skets perjalanan survey dan diskripsi situasi lorong Work sheet skets


    Work sheet sket yang kosong atau yang dilengkapi grid diisi dengan:
    • Skets perjalanan. Yaitu skets dan penggambaran arah lorong disesuaikan dengan arah kompas, dengan metode diagram polar.
    • Rekaman situasi gua yang tidak dapat atau sulit dimasukkan dalam work sheet tabel.
    • Ditambah dengan keterangan dan jarak terhadap stasiun terdekat.
    • Temuan-temuan yang penting : biota, ornamen, litologi, dan lain-lain
    • Simbol-simbol
    • Jika tidak ada lembar khusus, nomor slide pengambilan foto dapat ditulis di sini.


Data Yang Direkam

Data-data lapangan yang diukur dan direkam (dicatata).

DATA YANG DIREKAM

Data yang direkam di lapangan, diisi pada kolom lembar kerja (work sheet) lapangan.

Data Kolom
1. Jarak

Jarak yang diukur adalah :



  • Dinding kiri dan kanan dari stasiun
  • Lantai terhadap atap
  • Tinggi Stasiun
  • Wall (Left, Right)
  • Height
  • Station Height
. Sudut

Sudut yang diukur adalah:



  • Sudut azimuth arah lorong
  • Sudut kemiringan lantai

  • Kompas
  • Clino

3. Cross Section
(Penampang melintang lorong)



 Detail
penampang melintang lorong dan
ukuran        


 

Skets
dan Catatan



 


worksheet lapangan

Lembar Kerja Rekaman Data Untuk Forward Methode



Lembar Kerja Rekaman Data Untuk Leap Frog Methode


Work sheet sket yang kosong atau yang dilengkapi grid diisi dengan:

  • Skets perjalanan. Yaitu skets dan penggambaran arah lorong disesuaikan dengan arah kompas, dengan metode diagram polar.

  •  Rekaman situasi gua yang tidak dapat atau sulit dimasukkan dalam work sheet tabel. Ditambah dengan keterangan dan jarak terhadap stasiun terdekat.

  • Temuan-temuan yang penting : biota, ornamen, litologi, dan lain-lain

  • Simbol-simbol

  •  Jika tidak ada lembar khusus, nomor slide pengambilan foto dapat ditulis di sini.


Lembar Kerja Untuk Merekam Sket dan Catatan

 

Simbol Peta Gua

Untuk memudahkan perekaman situasi lorong gua, pergunakan simbol-simbol yang mewakili bentukan, ornamen, dan situasi lorong gua. Simbol ini pula yang dipergunakan dalam penggambaran peta nanti. 

Simbol di bawah ini adalah berdasar pada yang diusulkan oleh Bryan Ellis (1975) 


Perubahan ketinggian yang seketika lebih besar daripada 1 meter, misalnya pitch, yang menyebabkan sebuah halangan. Perbedaan ketinggian, dalam meter, dapat ditampilkan salah satu sisi, tanda + atau -. 

 



Kerikil atau batuan kecil

Pasir


Slope yang curam, lebih besar daripada 45 derajat. Arah panah menunjukkan arah turun.


Lumpur atau tanah liat

stalagmite pada lantai


Satu lorong menumpuk di atas yang lain. Garis untuk lorong bawah ditunjukkan dengan putus-putus, jika diperlukan untuk menandai perubahan bentuk atau arah.


Boulder besar. Rute melalui sela boulder dapat ditampilkan menggunakan garis yang lebih tebal disisi boulder yang sesuai.


Garis rekaan untuk daerah gua yang kecil dimana tidak memungkinkan untuk diukur.


Posisi stasiun survey yang ditandai permanen, yang memiliki koordinat telah dipublikasikan (tidak perlu ditampilkan jika mengaburkan detail yang lain).


Perubahan grade survey menjadi grade tertentu yang diinginkan.


Lokasi cross section dengan nomor referensi dan menampilkan arah pandangan.



Kolam atau aliran aktif dengan arah aliran ditunjukkan oleh panah. Batas aliran harus menggunakan skala dan hanya mengaliri sebagian lebar lorong.


Hanya untuk extended section, menampilkan jarak, dalam meter, mengabaikan jarak antar dua garis vertikal.


Kolam atau aliran aktif dengan arah aliran ditunjukkan oleh panah. Batas aliran harus menggunakan skala dan hanya mengaliri sebagian lebar lorong.
  

 

 Standar simbol lain yang dipergunakan oleh:


Survey Gua Pada Kondisi Khusus


Lorong gua, pada kondisi tertentu tidak dapat dilakukan sebuah kegiatan survai normal. Membutuhkan tambahan teknik, peralatan, metode, dan SDM yang memiliki keterampilan khusus. Idealnya, dengan waktu yang cukup dan instrumen yang baik, sebuah tim survey harus harus memakai sandar 5 atau 6 BCRA di sebagian besar lorong, tetapi hal ini mungkin sulit dilakukan pada kondisi tertentu. Pada kondisi ekstrim banyak persyaratan standar survey harus diabaikan jika hasil akhir harus diproduksi seluruhnya. Surveyor hanya dapat bekerja baik pada kondisi memungkinkan, tetapi adanya sedikit gagasan awal dan pengalaman dapat memberikan hasil yang lebih berharga.
Sebelum memulai usaha survey dari beberapa sistem gua, tim harus dalam kondisi baik untuk menjalankan tugasnya, baik fisik maupun psikis. Ada satu kepincangan maka rusaklah seluruh perjalanan dan caver yang baik adalah pembantu yang baik pada kondisi seperti ini daripada surveyor yang berpengalaman tetapi tidak fit. Secara nyata, perpaduan antara surveyor yang berpengalaman dan caver yang fit sangat ideal. Hal ini akan menghemat banyak waktu jika sekurangnya satu anggota kelompok pernah melalui sebagian besar area survey sebelumnya, dan jika pitch-pitch telah dipasang rigging oleh tim advance. Pada sebagian besar kejadian disarankan untuk mensurvey dalam sistem dan kemudian baru mencari pemecahannya. Dan jika survey kemudian tidak dapat diselesaikan karena satu alasan, seseorang tidak boleh meninggalkan survey line tanpa menghubungkan dengan surface.

Logistik memainkan tuagas yang sangat penting dalam metode survey pada beberapa sistem yang panjang. Jika tim yang berbeda mengunjungi gua tersebut lagi, sebanyak mungkin informasi harus didapatkan tim. Satu trip panjang akan hasilnya lebih akurat dari pada dua survey yang pendek, dan jika waktu sudah mendesak sekali, harus dikerjakan dengan notebook dan kompas untuk membuat skets (survey mendekati grade 2 atau 3) lorong yang tidak disurvey dengan traverse line. Makin banyak gua yang dapat disurvey jika tim berjalan dengan penerangan cukup. Bahkan box amunisi dapat menjadi gangguan pada lorong yang kecil dan lebih baik ditinggalkan di satu bagian yang mudah diingat dan dilihat. Instrumen yang ringkas dan kecil seperti misalnya yang diproduksi oleh Suunto amat baik sekali bila dibawa di dalam wet suit, dan pita Fibron dipakai yang kuat, dapat dipindahkan pada karabiner sepanjang ukuran panjang melalui sling kecil mengelilingi tali pengikat. Alas survey yang besar dapat menjadi berat tetapi notebook yang kecil atau alas dari lembar plastik dapat dibawa dengan mudah dan aman di dalam helm.

Sekalipun dengan alat yang tidak layak, mungkin survey dapat dimulai dengan grade 5 dalam gua yang sulit, tetapi waktu pembacaan, besar kemungkinan makin memburuk karena lumpur dan air dan keakuratannya turun ke grade yang lebih rendah. Tindakan preventip, adalah dengan menggunakan instrumen yang tahan terhadap lumpur dan air.

Penyempitan lorong yang amat sangat adalah suatu kondisi yang buruk sekali untuk melakukan survey karena berbagai alasan. Terkadang tim harus mampu melewati bagian paling sempit sambil membaca instrumen pada saat kram. Tape man harus berjalan sepanjang bagian tersebut dengan posisi membalik, tetapi disebabkan penampang melintang yang kecil menyebabkan kesalahan posisi stasiun menjadi kecil. Pita ukur kemungkinan dapat menjadi halangan karena sobek dan sulit untuk diurai. Mencatat detail menjadi pelan dan dapat membuat frustasi, maka untuk itu disarankan untuk posisi stasiun ditandai dan pembacaan dengan called back sampai lorong membesar; pencatat kemudian mengikuti, mencatat bentuk dan detail. Dengan terbatasnya ruang kepala, instrumen sulit untuk mendapatkan penerangan dan dibaca dan perhatian harus dicurahkan untuk menghindari deviasi magnetik karena dekat dengan lampu elektrik dan bracket helm. Perlu dipastikan bahwa kompas dalam posisi horisontal dan tidak macet; cara terbaik untuk menghindari adalah mengulangi tiap pengukuran dua atau tiga kali -pekerjaan menjemukan, yang dapat menyebabkan kehilangan lengan survey yang sangat berharga. Tepat sekali bila leapfrog pada posisi "tak mungkin" dengan menggunakan lampu sebagai target dan orang ketiga pada stasiun, tetapi sejak itu tidak mungkin untuk berputar pada lorong yang sangat terbatas, biarkan lewat satu orang, seterusnya leapfrog tidak dapat digunakan secara keseluruhan. Saat pembacaan clinometer, tinggi instrumen dan lampu target diatas lantai dapat berbeda, dan ini harus dicatat. Agar terhindar dari manipulasi pengukuran detail lorong, perlu untuk diketahui agar tetap akurat dengan menggunakan dimensi rentangan tangan, panjang lengan, dll. Standar ini dengan cepat dipergunakan untuk mengukur dimensi lorong dan tinggi stasiun pada cross section.

Lumpur yang dalam dan air sewaktu merangkak adalah musuh surveyor paling buruk. Jika terjadi dalam jarak yang panjang, tugas harus dikerjakan dengan pekerjaan minimal, dengan kata lain terdapat resiko yang serius dan ketiadaan efisiensi, bahkan sekalipun memakai wet suit. Dan juga lebih baik sedikit waktu saja yang dihabiskan dalam lorong dengan memperhitungkan kemungkinan banjir. Agar bebas dari kesulitan pembacaan, instrumen harus terlindung dengan baik, waterproof, dan tidak terlalu besar. Instrumen Suunto cocok dan mudah di-seal dengan resin bening disekitar lensa bidik dan jendela lebar. Pada ruang yang rendah, kompas sulit untuk dibaca dan dengan perlakuan penerangan konvensional, dapat diperoleh di dalam air dan dibaca dari atas (open sight). Pembacaan clinometer tidak perlu diambil pada kanal, tetapi perubahan kedalaman air perlu dicatat. Pencatatan harus sangat hati-hati, dan pada kasus yang ekstrim diperlukan alas (pad) dari plastik. Pada notebook atau lembar plastik, pensil 2B menghasilkan tanda yang jelas dan tidak menyobek kertas yang basah. Lumpur mendatangkan masalah lebih besar terhadap rekaman pada air sehingga membuat tidak jelas dan menimbulkan kesalahan jika tidak dihilangkan. Saat pita ukur tertutup lumpur, dapat dibersihkan dengan menarik diantara jari dan ibu jari. Pada kanal, pita ukur harus ditarik rapat dengan muka air karena halangan yang tidak kelihatan atau kusut. Satu hal lagi, teknik leapfrog, biasanya tidak terlaksana saat menyangkut konsumsi waktu bergerak, dan akan menimpa tim survey pada bagian dimana terdapat ruangan sangat rendah.

Danau bawah tanah yang luas, jarang terdapat di United Kingdom namun banyak terdapat di Irlandia. Surveyor pada ekspedisi luar negeri sering menghadapi rintangan yang menawarkan pengalaman khas dan konsumsi waktu untuk mapping. Perahu-perahu kecil sangat bermanfaat jika cukup ruangannya, tetapi perahu ini terkenal sangat sulit untuk tetap diam dan berpindah dari stasiun, kecuali jika dapat ditambat pada dinding atau atap. Untuk itu wet suit umum digunakan karena lebih cepat untuk berenang (tetapi lebih dingin pada iklim tertentu) dan berpegangan dinding atau atap untuk digunakan sebagai stasiun. Semua pendapat tentang survey di lorong berair digunakan disini tetapi oleh sebab kedalaman air dapat menghilangkan semua peralatan, sebaiknya diikatkan erat pada sedikitnya satu orang. Air dapat diukur dengan menggunakan karabiner yang berat dan diikatkan ujung pita ukur. Jika tidak ada tonjolan atap atau dinding yang sesuai, sebaiknya digunakan suatu jenis penolong yang dapat mengapung jika sulit untuk membaca kompas scara akurat sementara air mengalir.

Shaft yang massive menimbulkan problem dalam pengukuran jika kedalamnya lebih dari 30 meter. Anak tangga dasar ladder dapat ditandai dengan sling atau mengikatkan ekor C-link. Panjang ladder sampai ke dasar pitch kemudian diukur, tidak dengan cara menghitung anak tangga karena akan timbul kesalahan. Sebagai cek, simpul dapat diikatkan pada lantai pada lifeline yang tidak dapat mulur, tetapi teknik ini tidak dapat digunakan jika komunikasi antara bawah dan atas tidak bagus. Disebabkan oleh elastisitas asli dari tali caving (nylon > polypropylene > polyester), untuk itu lebih baik diganti dengan tali ringan dari PVC. Jika mungkin, membagi shaft menjadi beberapa rangkaian pitch yang lebih pendek dan surveynya dikerjakan pada setiap pitch tersebut. Waterfall sebisa mungkin dihindari dengan turun mencari jalur alternatif saat kesulitan untuk menentukan dimensi dan komunikasi pembacaan, tetapi disarankan untuk mengukur rute alternatif dan rute asli tersebut untuk chek survey dan informasi bagi kelompok lain yang akan masuk. Radio jarak pendek sangat menolong untuk melaksanakan survey di pitch yang dalam dan berair sedang telepon lapangan telah diciptakan untuk dapat lebih menyelesaikan masalah semacam ini.

Uraian di atas diharapakan dapat menjadi panduan umum untuk survey pada kondisi yang sulit. Pengalaman adalah guru terbaik dan pengalaman surveyor, tidak bisa tidak, adalah perlengkapan teknik untuk mengatasi kesulitan. Sekalipun idealnya adalah survey yang akurat, namun tidak bisa dilaksanakan pada semua kondisi dan sebuah survey tidak akan lebih bagus dari yang lain. Yang terutama adalah adanya maksud untuk berbuat terbaik pada kondisi yang memungkinkan, dan menerangkan kepada pemakai hasil survey mengenai kesulitan yang dihadapi sehingga mereka mengetahui batas keakuratan.

Survey Lorong Bawah Air (Sump)


 





Jarang lorong gua yang sepenuhnya terisi air namun masih cukup untuk dilewati manusia. Dan ini sudah jelas bahwa lorong semacam ini tidak bisa disurvey dengan metode biasa. Tetapi sangat menarik menyurvey lorong seperti ini, untuk kepentingan bilamana lorong air tersebut panjang, dan untuk menggabungkan bagian survey yang lain di seberang sump yang merupakan sistem lain yang lebih panjang.
Jika sump lurus ke depan, pada garis lurus dan relatif pendek, garis survey dapat diambil pada sisi yang jauh dengan teknik dibawah ini. Stasiun survey harus ditempatkan pada dua ujung sump. Pita ukur ditempatkan di sepanjang bagian bawah permukaan dan kemudian jarak antar dua stasiun tersebut diukur. Harus hati-hati agar pita ukur sebisa mungkin dalam keadaan garis lurus (di semua bidang) dan tidak terantuk tonjolan batu, dll. Pita ukur diturunkan kedalam sump kemudian diangkat lagi, berikan jarak stasiun lebih besar dari jarak sebenarnya. Kesalahan yang timbul tidak begitu penting, kecuali jika sump tersebut memiliki hubungan yang amat besar terhadap panjangnya. Estimasi arah dari stasiun satu ke stasiun yang lain diperoleh dengan membaca kompas pada sepanjang pita ukur, pembacaan ini harus diambil pada dua stasiun yang berseberangan untuk memeriksa apakah pita ukur tersebut lurus. Perbedaan ketinggian antar stasiun diperoleh dengan mengukur tiap ketinggian muka air dan diasumsikan bahwa muka air tiap sisi sump adalah sama.

Jika lorong submerged lebih komplek daripada sump yang dijelaskan diatas lebih baik survey dilakukan oleh seorang diver. Tidak mungkin teknik konvensional, dipakai pada pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh diver, terutama karena keterbatasan jarak penglihatan dan komunikasi antar diver. Satu teknik telah ditemukan (Lloyd, 1970) dan relatif akurat jika dilaksanakan oleh diver berpengalaman di bidang ini. Sebelum memasuki sump, tali yang akan dipakai ditanda pada jarak tertentu dengan pita PVC, 10 ft untuk sistem Imperial dan 5 m untuk sistem metrik. Diver meletakkan tali tersebut di sepanjang lorong submerged. Surveyor diver harus dilengkapi dengan kompas pergelangan tangan, misalnya Suunto model diver, alas tulis dari lembar plastik dan pensil; kemudian mengikuti sepanjang tali dan merekam deangan forward sepanjang garis tali pada tiap tanda. Pada waktu yang sama dia harus merekam sisi lorong, ruang udara, kemiringan slope, dan seterusnya. Dengan merekam slope memungkinkan untuk mendapatkan adanya perbedaan ketinggian antar stasiun dan kemudian untuk mendapatkan pendekatan terdekat jarak datar sebenarnya. Sebelum mulai survey, diver memeriksa bahwa peralatan bernafas tidak besar pengaruhnya terhadap kompas. Kesulitan utama dari teknik ini jelas hanya satu: kesulitan pada pembacaan kompas dengan benar pada berbagai kondisi, dan ketidak mampuan sebagian diver untuk merekam dengan benar jumlah tanda pada tali. Kasus kesalahan yang lain adalah saat pencatatan dilakukan pada waktu bergerak meninggalkan garis dari pojoknya. Sudut ini akan bertambah saat ke kanan, dan berkurang jika kekiri. Karena alasan ini maka pengukuran dimulai dari kedua ujung lorong, dan juga, jika mungkin, oleh lebih dari satu diver. Alasan lain adalah dengan closed traverse, untuk itu keakuratan metode ini dikalkulasi. Keakuratan 3% dapat diperoleh, tetapi jika tanpa chek, keakuratan sekitar 10%.

Pada lorong panjang yang non-submerged di seberang sump, survey dapat dilaksanakan dengan teknik konvensional. Dengan teknik sebagaimana teknik survey yang lain. Kesalahan pada survey lorong submerged akan menyebabkan dua bagian survey konvensional memiliki kesalahan posisi yang saling berpengaruh satu sama lain. Dengan alasan tersebut, survey di bawah sump dianjurkan dengan amat sangat untuk dicocokkan dengan teknik induksi elektromagnet. Hal ini sangat perlu untuk menghubungkan sump yang panjang dan rumit, atau jika terdiri dari rangkaian beberapa sump yang pendek.

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada