TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

02 August 2008

FENOMENA DUNIA PENDIDIKAN (SISWA VS GURU)

(Sebuah Tulisan untuk Memperingati Hari Pendidikan Nasional)
Oleh : Yasser Arafat AMP *)

Mana dimana, mantan siswa saya.
Mantan siswa saya, sudah jadi menteri.
Mana dimana, anak kandung saya.
Anak kandung saya, jadi penggembala sapi

Demikian syair lagu yang pernah dinyanyikan oleh kwartet teacher dalam acara kuis “Family 100” yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia tahun 2000 yang lalu. Waktu itu penulis masih duduk di bangku SMA. Penulis hanya bisa tertawa sambil berkata “guruku lagi mengeluh”.

Awal Mei 2006, saat peringatan Hari Pendidikan Nasional seorang siswa sempat bertanya kepada gurunya: “Kenapa guru honor rajin masuk mengajar, sedangkan guru PNS malas mengajar”. Sang guru yang juga guru bantu menjawab seadanya: “Guru honor baru dapat gaji jika masuk mengajar, sedangkan guru PNS masuk atau tidak tetap terima gaji”. Penulis tersenyum mendengar dialog tersebut, dalam hati penulis berkata “siswa guruku juga mengeluh”.

Pertengahan Pebruari 2007, dalam sebuah Forum Terbuka antara siswa dan guru yang dilaksanakan oleh salah satu SMA Negeri di Kabupaten Wajo, penulis yang secara kebetulan pada kegiatan tersebut betindak sebagai moderator menerima sebuah SMS dari siswa. Isi SMS tersebut sebenarnya singkat tapi sarat dengan makna. “bisakah dalam menjawab pertanyaan siswa, guru tidak menggunakan jurus GURU JUGA MANUSIA?” demikian isi SMS tersebut. Dalam hati penulis berkata “guruku sedang dikritisi oleh siswanya”.

Jika guru dan siswa telah mengeluh, berarti tidak ada lagi keikhlasan dalam dunia pendidikan. Inilah salah satu yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, guru tidak ikhlas lagi memberi pengetahuan kepada siswa, terbukti jika dikaji lebih dalam tiga kasus diatas, ujung-ujungnya adalah kesejahteraan. Rupanya visi utama dari guruku adalah menuntut kesejahteraan yang menjadi haknya. Tapi, apakah guruku telah melaksanakan kewajibannya sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan keyakinan kepada manusia agar dapat menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari? Ini yang menjadi masalah. Mengedepankan menuntut hak, sementara kewajiban tidak dilaksanakan sungguh-sungguh, terbukti dengan adanya keluhan dari siswanya sendiri.

Seorang Ustadz dalam ceramahnya pernah berkata, Indonesia merdeka tahun 1945, Jepang di bom tahun 1945. tapi, kenapa pendidikan Jepang jauh lebih maju dibanding Indonesia. Itu karena kesadaran guru di Jepang untuk meningkatkan mutu pendidikan jauh lebih tinggi dibanding guru di Indonesia. Guru Jepang mengikhlaskan ilmunya dicerna oleh siswanya, sementara guru Indonesia masih menyembunyikan sedikit ilmunya karena -mungkin- takut disaingi oleh siswanya. Buktinya, mutu pendidikan Indonesia masih jalan ditempat. Lucunya, tidak ada antisipasi untuk meredam masalah tersebut, bahkan malah diperparah dengan banyaknya guru yang memilih mogok mengajar.

Seiring dengan perkembangan zaman, guruku juga sudah menampilkan sikap ketidak profesionalismenya. Dalam sebuah acara, juga terungkap bahwa guru tidak mampu mengendalikan emosinya, sehingga senyuman siswa ditanggapi dengan pukulan dari guru ke siswa tersebut. Adalah hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang guru, sebagai orang yang ditiru dan diteladani.

Menurut hemat penulis, Pahlawan tanpa tanda jasaku kini telah bermetamorfosis. Hanya metamorfosis guruku tidak sama dengan kupu-kupu yakni dari kepompong menjadi kupu-kupu dewasa yang cantik, melainkan potret guru dari yang miskin tapi tetap konsisten dengan tugasnya menjadi seorang guru yang ingin kaya sehingga kadang lalai dengan tugas pokoknya.

Sebuah fenomena guru yang harus diterima ketika Iwan Fals menggambarkan sosok Oemar Bakri yang hanya memiliki sepeda buntut. Serial Ada Apa Dengan Cinta mengisahkan Bakir seorang guru yang terbelilit utang hingga pinjam uang koperasi dan dituduh mencuri HP siswanya sendiri dan akhirnya menjadi tukang ojek, ataukah kisah Guru yang Sengsara dalam Pintu Hidayah yang mengisahkan Mahmud seorang guru hidup dalam kemiskinan, pulang dari sekolah berprofesi tukang ojek, jadi tukang potong rumput di rumah tetangga dan jadi pemulung. Tapi mereka masih tabah dan ikhlas mengabdi dengan tugas negara yang diembannya. Tugas bapak/ibu mencerdaskan kehidupan bangsa, jika bapak/ibu ikhlas melaksanakan tugas tersebut, Insya Allah yang bapak/ibu tuntut akan terwujud. Penulis berharap semoga metemorfosis guru kedepan adalah menjadi guru yang diamanahkan UUD 1945, bukan menjadi buruh yang selalu meminta balas jasa. Amin


*) Penulis adalah Pengurus Komite dan ICT Organizer SMA Negeri 1 Maniangpajo

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada