TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

02 August 2008

PROBLEMA DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh: Yasser Arafat AMP, S.Pd

DR. A Chaedar dalam bukunya berpendapat memasuki abad ke-21 ini kita terperangkap oleh akumulasi Iptek, dan pendidikan tampil sebagai kriteria penentu dalam mengkaji banding tingkat perkembangan dan pembangunan nasional dan internasional. Keberhasilan pembangunan, terutama pada tingkat nasional akan sangat ditentukan oleh pendidikan itu sendiri. Jika pendidikan bermutu, maka pembangunan dalam segala aspeknya juga akan berlangsung dengan baik. Demikian juga sebaliknya, jika pendidikan tidak bermutu maka pembangunan dapat dipastikan tidak dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Hal ini mengingat mutu pendidikan identik dengan mutu sumber daya manusia (SDM), yang merupakan pelaku utama dalam aktivitas pembangunan.

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam pengembangan pola pikirnya. Pelaksanaan pendidikan melibatkan semua komponen secara simultan dan terarah agar hasil proses pendidikan benar-benar menghasilkan manusia dewasa, yang mampu berbuat untuk kesejahteraan dirinya, orang lain dan lingkungannya. Dewasa ini, dalam pelaksanaan pendidikan masih banyak mengalami permasalahan dan permasalahan pendidikan merupakan salah satu masalah nasional yang perlu mendapatkan perhatian lebih, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, terlebih bagi mereka yang turut andil dalam mengambil kebijakan dalam dunia pendidikan. Mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini masih menjadi topik utama yang dibicarakan oleh masyarakat, baik pada kalangan intelektual maupun kalangan masyarakat awam.

Indonesia yang tergolong sebagai negara berkembang sangat terbelakang khususnya dibidang sains dan teknologi. hal ini diakibatkan rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat indonesia. Olehnya itu semua pihak dalam hal ini pemerintah bersama-sama dengan pihak swasta senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas dari hasil pendidikan.

Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah program sertifikasi guru sesuai dengan amanah UU Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007. Yang paling menggembirakan dalam era reformasi bahwa perhatian pemerintah terhadap pendidikan semakin tampak yaitu dengan diterapkannya berbagai kebijakan baru diantaranya: pendaftaran dini bagi anak usia sekolah keluarga miskin, pemberian beasiswa bagi siswa dari keluarga kurang mampu melalui program jaringan pengaman sosial (JPS), Bantuan Khusus Murid (BKM), pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sebagai aplikasi dari peraturan menteri no. 22, 23, dan 24 tahun 2006, dan banyaknya daerah yang mengusung pendidikan gratis termasuk Kabupaten Wajo Propinsi Sulawesi Selatan melalui Pencanangan Pendidikan Gratis pada tanggal 2 Mei 2007 dan ditindak lanjuti melalui Keputusan Bupati Wajo Nomor: 401/KPTS/XI/2007, Tentang Program Pendidikan Gratis Bagi Siswa Yang Tidak mampu Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK di Kabupaten Wajo, Tanggal 15 Nopember 2007

Tidak diragukan memang, pertumbuhan APBD Kab. Wajo mengalami peningkatan pesat. Jika pada tahun 2003 yang lalu APBD Wajo hanya 200 milyar rupiah, kini pada tahun 2008 mencapai 616 milyar rupiah. Lebih menggembirakan lagi dalam setiap kesempatan, Bupati Wajo selalu mendengung-dengungkan 20% dari APBD akan diperuntukkan untuk pendidikan. Akan tetapi, meski pemerintah telah berupaya demikian dan prestasi Kab. Wajo telah menanjak keurutan 5 besar di Sulawesi Selatan, namun masalah tetap menghinggapi dunia pendidikan kita.

Masalah yang dimaksud adalah kurangnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Rendahnya mutu pendidikan ditengarai karena kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Siswa cenderung hanya menghafal materi, tidak memahami esensi makna materi, bahkan tidak mengetahui aplikasi tentang materi pembelajaran di dunia nyata. Hal ini karena materi dan cara pembelajaran di sekolah kurang terkait dengan konteks lingkungan kehidupan siswa, baik konteks sosial, budaya, geografi, dan karakteristik siswa itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa ada hal yang kurang tepat dalam pendekatan pembelajaran yang selama ini berlangsung di sekolah. Padalah, pembelajaran diyakini merupakan faktor paling esensial yang berpengaruh terhadap kualitas lulusan.

Masalah selanjutnya adalah kurang aktif dan kreatifnya siswa dalam pelaksanaan proses belajar mereka. Masalah tersebut diduga disebabkan oleh strategi belajar mengajar yang digunakan selama ini tidak relevan lagi, yang seharusnya dapat mewujudkan suatu tujuan pendidikan yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pendidikan jangka panjang, masalah selama ini cenderung dilimpahkan kepada tenaga pendidik yaitu guru bidang studi karena banyaknya guru menggunakan strategi belajar mengajar satu arah yaitu siswa hanya akan menunggu lebih banyak sajian dari guru, dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mereka butuhkan.

Menanggapi masalah tersebut diatas, mungkin memunculkan pertanyaan. Akankah kita biarkan pendidikan Indonesia berlarut-larut seperti ini? Mungkin kita semua sepakat kalau hal tersebut tidak kita inginkan bersama. Olehnya itu, saatnya pengembangan pendekatan pembelajaran dilakukan oleh pelaku-pelaku pendidikan, dengan harapan siswa-siswi se-Indonesia juga sadar akan tugas dan tanggungjawabnya selaku pelajar.

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada