TULISAN DALAM BLOG INI, JUGA DAPAT DIBACA DI:

01 August 2008

Karya Tulis Guru

TANPA JARINGAN INTERNETPUN, BELAJAR MATERI INTERNET PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI KELAS XI DAPAT MENINGKATKAN IMAN DAN TAQWA SISWA

Diajukan Kepada: Panitia Lomba Karya Tulis Imtaq Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007

Oleh: Yasser Arafat AMP




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang selalu menarik untuk dibicarakan dan tak habis-habisnya untuk dikaji sepanjang peradaban manusia, maka sepanjang itu pula pendidikan selalu dibutuhkan dan diperlukan.

Pendidikan sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan umat manusia. Mengingat pentingnya pendidikan baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka Bangsa Indonesia dalam menyusun program pembangunan tetap memberikan perhatian khusus pada sektor pendidikan.

Manusia adalah pribadi yang utuh serta kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas. Oleh karena itu, masalah pendidikan tidak akan pernah selesai diperbincangkan. Sebab hakekat manusia itu selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupan. Apa yang dipelajari hari ini belum tentu berguna di tempat lain. Oleh sebab itu pendidikan tetap memerlukan inovasi-inovasi yang relevansi dengan kenyataan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan tidak mengabaikan nilai-nilai manusia, baik sebagai nilai sosial maupun sebagai nilai religius
Sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang ini, siapapun dituntut untuk lebih dapat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk tetap dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Abad ke-20 barangkali merupakan abad keemasan dunia penemuan dan pengetahuan. Dalam kurun waktu 1900 – 2000 terjadi sekian banyak penemuan, khususnya dalam bidang teknologi informasi. Diantara penemuan-penemuan tersebut yang paling mengagumkan adalah komputer.

Teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang tiada habisnya. Produk-produk teknologi informasi dan komunikasi seperti hardware, software, dan berbagai macam solusi bermunculan dengan cepat. Dalam dasawarsa terakhir, bidang informasi dan komunikasi mengalami revolusi khususnya untuk perangkat audiovisual, mobile phone dan komputer. Teknologi tersebut telah mengubah cara hidup bermasyarakat dan berpengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diluncurkan sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 dan diteruskan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 adalah mata pelajaran yang diharapkan mampu mengantisipasi dampak perkembangan teknologi khususnya bidang informasi dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu materi yang dipelajari dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah internet. Dizaman sekarang, internet hampir menjadi kebutuhan dari sebagain besar penduduk dunia, baik di negara-negara yang sudah maju maupun di negara-negara berkmbang. Internet menjadi salah satu alternatif sarana komunkasi di samping pos dan telepon. Selain itu, internet juga menyediakan berbagai macam informasi, menjadi media bisnis, pendidikan, hiburan, dan masih banyak lagi.

Sejalan dengan itu UUD 1945 (amandemen IV) pasal 31 ayat (5) berbunyi: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Hal ini berarti, pemerintah menjadikan bidang pendidikan sebagai fokus perhatian utama dalam melakukan pembaharuan sistem pendidikan yang berdimensi IPTEK yang harus diselaraskan dengan perkembangan IMTAQ.

Masalahnya sekarang adalah: bagaimana dengan sekolah yang bertempat tinggal di wilayah yang belum terjangkau jaringan internet? Mampukah sekolah-sekolah tersebut menghasilkan lulusan yang menguasai teknologi? Jawabnya mungkin “tidak”, akan tetapi dengan mempelajari materi tersebut, dapat meningkatkan iman dan taqwa siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah karya tulis tentang “Tanpa Jaringan Internetpun, Belajar Materi Internet pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XI Dapat Meningkatkan Iman dan Taqwa Siswa”

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penulisan yang ingin dicapai dari hasil penulisan karya tulis ini adalah:

1. Mengikuti Lomba Karya Tulis (LKT) Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) Siswa (Integrasi Imtaq–Iptek) Bagi Guru SMP/SMA/SMK/SLB yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
2. Untuk memberikan informasi bahwa, dengan mempelajari materi internet pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Kelas XI, khususnya bagi sekolah dalam wilayah yang tidak dijangkau jaringan internet, dapat meningkatkan iman dan taqwa siswa

BAB II
PEMBAHASAN MATERI POKOK

A. Materi/Topik yang Diajarkan
Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah termasuk mata pelajaran yang baru bagi siswa. Hal tersebut dikarenakan mata pelajaran tersebut baru diperkenalkan sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), 2004 silam.

Setelah diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sejak tahun 2006 yang lalu, materi Teknologi Informasi dan Komunikasi semakin kompleks. Khusus pada Kelas XI, materi yang pertama kali diajarkan pada semester ganjil adalah “Pengenalan Internet”

Secara detail digambarkan sebagai berikut:
Standar Kompetensi : 1. Menggunakan internet untuk keperluan informasi dan komunikasi
Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan berbagai perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses internet
1.2 Mendeskripsikan cara akses internet
1.3 Mempraktekkan akses internet
1.4 Menggunakan web browser untuk memperoleh, menyimpan, dan mencetak informasi
1.5 Menggunakan e-mail untuk keperluan informasi dan komunikasi

B. Nilai Imtaq yang Dikembangkan
Allah tidak akan merubah seseorang kecuali jika orang tersebut mau merubah nasibnya sendiri. Berarti manusia sebagai kualifikasi atau penguasa dimuka bumi ini, yang dibekali akal pikiran dan kondisi jasmani – rohani yang sehat oleh Allah SWT. Makanya, wajib berusaha sesuai bakat dan kemampuannya masing-masing.

SMA Negeri 1 Maniangpajo, sebagai salah satu sekolah menengah atas yang terletak + 26 km dari ibukota Kabupaten Wajo, dan + 242 km dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan merupakan sekolah yang masih belum terjangkau jaringan telepon. Padahal, dalam satu dekade terakhir telah terjadi pergeseran paradigma dalam perekonomian dunia, yakni beralihnya masyarakat industri menjadi masyarakat informasi, yang ditandai dengan meningkatnya peran informasi dalam kehidupan manusia.

Namun ironisnya dalam dunia yang menjadikan informasi sebagai “urat nadi” kehidupan itu, di Indonesia masih sangat banyak desa yang belum tersentuh akses informasi, sehingga masyarakatnya seperti terisolir di tengah perkembangan zaman yang semakin modern dewasa ini. Hal tersebut juga disadari oleh seluruh civitas akademika SMA Negeri 1 Maniangpajo, khususnya oleh penulis sebagai guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah tersebut.

Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah, saat ini sudah merupakan tuntutan keharusan, sekolah tidak lagi punya pilihan walaupun tidak ada juga yang mewajibkannya. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, pada akhirnya sekolah akan terikat dalam suatu komunitas yang menuntut untuk mengadopsi penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dengan konsekuensi, sekolah-sekolah yang tidak mengadopsi penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan dengan sendirinya tersisih dari pergaulan.

SMA Negeri 1 Maniangpajo, sebagai suatu instansi pendidikan yang berupaya semaksimal mungkin membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengantisipasi kehadiran perdagangan bebas, sehingga SMA Negeri 1 Maniangpajo sangatlah diharapkan mempunyai peran yang positif dalam rangka mencetak kader-kader bangsa yang memiliki keilmuan yang tinggi dan berwawasan global serta memiliki keimanan yang kokoh yang dapat membentengi mental siswa dan alumninya dalam mempertahankan nilai-nilai budaya yang positif sebagai warga negara Indonesia yang berjiwa pancasila sejati.

Jika kita menengok dari sejarah terbentuknya, SMA Negeri 1 Maniangpajo atau lebih dikenal dengan nama SMA Anabanua, pada mulanya hanya berupa yayasan yang berdiri pada tahun 1988 Pendirinya saat itu adalah tokoh-tokoh masyarakat Anabanua dan Pengurus Koperasi Unit Desa (KUD) Anabanua yang diketuai oleh H. Abdul Karim Alif, BA, sekaligus selaku Sekretaris Yayasan Pendidikan Maniangpajo.

Pada tanggal 4 Maret 1988, Yayasan Pendidikan Maniangpajo didaftar pada Andi Hasnah Beddu, SH selaku Wakil Notaris Sementara di Sengkang. Yayasan ini diketuai oleh Syarifuddin Baso; Wakil Ketua: Haji Bahar Sultan Makkulle; Sekretaris I: Abdul Karim Alif, BA; Sekretaris II: Abdul Karim Pawiloi; Bendahara: Muhammad Nur Jaya; Anggota: Soekirso Ardiwinoto; Drs. Muhammad Muchtar P; Dakok; Andi Rasli H. Andi Sarampa; Haji Abdul Samad; Pangeran Alif, BA; H. Bohari; H. A. Caco; dan Ceppa. Sementara, yang ditunjuk sebagai Badan Penasehat adalah: Camat Maniangpajo; Andi Alinuddin, H. Andi Dahlan; dan Andi Muhammad Basir.

Pada tanggal 5 Maret 1988 Yayasan Pendidikan Maniangpajo mengeluarkan SK No. 10/YPM/1988 tentang pendirian SMA Swasta Anabanua. Kemudian pada tanggal 9 Maret 1988 Akte dan Anggaran Dasar Yayasan didaftar dalam buku daftar kepaniteraan Pengadilan Negeri di Sengkang dengan Nomor: 04/pdt/1988/PN.Skg. selanjutnya pada tanggal 20 Maret 1988 mengangkat Abdul Majid, BA sebagai Kepala Sekolah dan berlaku surut mulai 20 Juli 1987.

Tanggal 14 Desember 1988, Kepala Kantor Wilayah Pendidikan dan Kabudayaan Propinsi Sulawesi Selatan mengeluarkan SK No. 230/Kep/I06/H/88 tentang Izin Operasional SMA Swasta Anabanua, kemudian pada tanggal 5 Mei 1992 beralih status menjadi SMA Negeri setelah Menteri Pendidikan dan Kabudayaan RI mengeluarkan SK No. 0216/0/1992.

Pada awal berdirinya, SMA Swasta Anabanua, dibawah kelompok Yayasan Pendidikan Maniangpajo bekerja sama dengan SMA Negeri 1 Sengkang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di sebuah gudang di dekat Masjid Jami Anabanua. Setelah itu, salah seorang tokoh masyarakat Maniangpajo mewakafkan sebidang tanah di Jl. Poros Palopo Dekat Bulog. Namun, karena lokasi yang kurang strategis, atas prakarsa Pengurus KUD Anabanua, dipilihlah tanah seluas 17,443 m2 yang berlokasi di Jl. Pare Pare No. 3 Anabanua menjadi lokasi pembangunan SMA Anabanua yang juga dijuluki sebagai Kampus Cemara. Tanah tersebut dibeli seharga Rp. 5.000.000,- dari delapan orang warga Anabanua. SMA Swasta Anabanua juga pernah bekerja sama dengan SMA Negeri 1 Paria.

Namur dari semua itu, meski berada ditempat yang terpencil, SMA Negeri 1 Maniangpajo tetap berhadap untuk maju. Terbukti dari visi yang diembannya yaitu: TERWUJUDNYA MANUSIA UNGGUL, BERBUDI LUHUR YANG BERBASIS IMTAQ. Agar visi tersebut diatas tercapai, SMA Negeri 1 Maniangpajo mengemban misi: (1) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki; (2) Menumbuhkembangkan semangat unggul secara intensif kepada seluruh warga sekolah; (3) Meningkatkan pengamalan ajaran agama yang dianutnya dan budi pekerti yang luhur; (4) Menerapkan manajemen partisipatif; (5) Mengutamakan kebersamaan, kekeluargaan dan musyawarah dalam peningkatan kinerja

SMA Negeri 1 Maniangpajo juga bertujuan: (1) Mampu meraih Nilai Ujian Akhir rata-rata 6,0 keatas, minimal 50% siswa; (2) Dapat lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Perguruan Tinggi Negeri minimal 4,0%; (3) Tersedianya bahan ajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi setiap mata pelajaran; (4) Tegaknya 8K (Keimanan, Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, dan Kesehatan) di sekolah; (5) Memiliki Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di Tk. Kabupaten dan Propinsi; (6) Memiliki kelompok Olahraga, kelompok seni yang berprestasi di Tk. Kabupaten; (7) Menumbuhkan ketaatan beribadah sesuai ajaran agamanya; (8) Memiliki kelompok pencinta mata pelajaran sains dan matematika yang berprestasi dalam Olimpiade Sains dan Matematika Kabupaten dan Propinsi; (9) Memiliki kelompok debat Bahasa Inggris yang handal di Tingkat Kabupaten dan Propinsi; (10) Memanfaatkan Teknologi Informatika yang efektif

Dari sini kita tersadar bahwa, pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa, setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mengandung tiga aspek pokok yakni substansi, keilmuan, dan nilai. Ketiga aspek tersebut diterima oleh siswa melalui interaksi edukatif dalam proses pembelajaran di sekolah. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa siswa memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi siswa disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa serta tuntutan lingkungan.

Sejalan dengan itu, guru-guru SMA Negeri 1 Maniangpajo telah menerapkan kegiatan ICT Based Learning. Para siswa diajak untuk belajar sambil bermain dalam memahami topik-topik yang dijelaskan oleh guru. Walau dengan sarana dan prasarana yang jauh dari cukup, guru berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa dengan menggunakan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Hal tersebut, membuat siswa sadar bahwa betapa beratnya sebuah pengabdian yang dilakoni oleh pahlawan tanpa tanda jasa. Meski dengan sarana dan prasarana yang minim, guru tetap berupaya agar anak didiknya (siswa) terhindar dari ancaman terlindas oleh perubahan zaman, sehingga nantinya tidak akan ditemukan siswa menjadi penonton di lapangan sendiri dan menjadi tamu di rumah sendiri. Oleh karena itu, guru dalam membawakan materi sesuai dengan mata pelajarannya menggunakan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dengan tujuan sebagai suatu persiapan untuk mengantisipasi dampak perkembangan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut tentunya dapat memberikan inspirasi bagi siswa, untuk mengakui ekstensi dirinya sebagai makhluk Tuhan. apalagi, media pembelajaran yang digunakan oleh guru, bukan sekedar berfungsi sebagai alat bantu mengajar, melainkan media itu sendiri juga dapat memerankan fungsi sebagai penyampai pesan belajar (Rahadi, 2003: 53). Atau dengan kata lain, tidak semua informasi pelajaran harus disajikan oleh guru. Karena disadari bahwa, guru bukanlah manusia super yang serba tahu tentang segala informasi. Dengan demikian, siswa merasa lebih dekat dengan pencipta-Nya, karena ternyata Allah memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan untuk hamba-hamba-Nya. Salah satu contohnya adalah media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

C. Pembelajaran yang Mengintegrasikan Imtaq – Iptek
Bumi semakin tua. Umur dunia bisa diibaratkan seperti kakek renta yang menuju sekaratul maut. Siswa telah menjadi korban perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Padahal, perkembangan tersebut pada dasarnya bermanfaat bagi kelangsungan hidup penduduk Indonesia, akan tetapi karena ketidaksadaran dari kita, perkembangan IPTEK tersebut disalahgunakan sehingga memberikan dampak negatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai manusia, kita jangan berhenti untuk merawat dan menjaga akal agar tidak rusak oleh benda-benda haram. Generasi muda Islam harus terus memacu diri untuk terus belajar. Perkembangan IPTEK mestinya disikapi dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT dan menggunakannya kesisi positif. Bukan ke hal yang negatif. Bukankah ahli pengembangan diri berpendapat: “Kita dilahirkan secerdas Einstein dan sepintar Newton”, sehingga sebenarnya tidak ada orang pintar dan orang bodoh di dunia ini, yang ada hanyalah orang rajin dan malas. Jadi kita tidak akan terlindas dengan perkembangan IPTEK jika akan terus belajar dan tidak menyalahgunakan IPTEK tersebut.

Selanjutnya, sekitar 1400 tahun yang silam, Confusius mengemukakan bahwa “Ni Ching Ni Wanci, Ni Khan Ni Siang, Ni Kunco Ni Cheto” yang jika diterjemahkan bebas berarti “Kamu dengan kamu lupa, kamu lihat kamu ingat, kamu kerjakan kamu paham” hal tersebut senada dengan sebuah penelitian bahwa kemampuan daya serap manusia, 2,5% dari pengecapan, 3,5% dari perabaan, 1% dari penciuman, 11% dari pendengaran, 82% dari penglihatan.

Dari hal tersebut di atas, penulis berupaya membekali siswa tentang ilmu-ilmu teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan kemampuan penulis. Walaupun, disadari sarana dan prasaran pendukung di SMA Negeri 1 Maniangpajo sangat kurang. Padahal sarana dan prasarana harusnya ada dalam setiap sekolah untuk membawa sekolah tersebut kedalam suatu sistem pendidikan yang mengacu pada konsep pendidikan kecakapan hidup (life skill education) dengan sentuhan-sentuhan ilmu pengetahuan (kognitif), sentuhan sikap (afektif), dan sentuhan keterampilan (psikomotor).

Tanpa sarana dan prasarana, tuntutan kurikulum tidak akan mungkin langsung dicerna oleh siswa karena siswa pada umumnya diajak untuk banyak-banyak “menghayal”. Menghayal yang dimaksud disini adalah menghayalkan tentang objek-objek yang sulit dijangkau dengan berbagai kendala.

Untuk mengatasi masalah seperti ini, kreatifitas guru sangat diperlukan guna menggunakan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam membawakan mata pelajarannya. Sehingga, walaupun dengan sarana dan prasarana yang minim, siswa merasa terhipnotis berada dalam objek sesuai dengan yang diajarkan, sehingga dengan sendirinya muncul rasa syukur pada diri siswa dengan kemudahan-kemudahan yang diperolehnya selama mengikuti pelajaran.

Hal tersebut dikarenakan, Dalam ICT Based Learning, Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat membantu siswa untuk memahami topik-topik yang sulit dijelaskan, yang sulit dijangkau, berbahaya jika dipraktekkan, atau yang membutuhkan biaya mahal jika dipaparkan kepada siswa. Contoh klasik yang diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMA adalah ketika seorang guru ingin menyampaikan materi reaksi nuklir. Guru tersebut akan kesulitan, mengingat reaksi nuklir sangat berbahaya jika dicobakan di laboratorium. Kalaupun dicobakan di reaktor nuklir yang sebenarnya, akan memakan biaya yang sangat besar. Begitupun saat akan mengajarkan tentang internet

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa SMA Negeri 1 Maniangpajo belum memiliki jaringan komputer di sekolah (intranet) ditambah dengan infrastruktur di sekitar sekolah yang tidak ada (jaringan telekomunikasi, Internet Service Provider, WAN Kota, Siaran TV edukasi). Namun, semua itu tidak menghambat penulis dalam membawakan materi internet untuk siswa kelas XI.

Salah satu langkah yang dilakukan penulis adalah menayangkan melalui media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dengan bekal satu unit laptop dan satu unit LCD proyektor, penulis mengajar sesuai dengan program pengajaran yang telah disusun. Tampilan materi yang dipadu dengan animasi-animasi yang menarik membuat siswa untuk tetap bersemangat mengikuti pelajaran. Bahkan kadang kala, siswa diajak seakan-akan terlibat langsung dengan objek yang ditampilkan.

Dalam membuat bahan pembelajaran tersebut, penulis pertama kali mengumpulkan gambar-gambar yang berhubungan dengan internet. Setelah itu gambar-gambar tersebut dipadukan dengan beberapa animasi dan dikelola paa program Microsoft Office Power Point 2003. Saat kegiatan belajar mengajar dalam kelas, bahan pembelajaran tersebut ditayangkan di depan kelas.

Setelah bahan pembelajaran tersebut ditayangkan, dilaksanakan praktek dengan menggunakan alat/bahan yang sangat sederhana. Alat/bahan yang dimaksud adalah beberapa unit komputer yang terbuat dari kardus bekas. Komputer-komputer tersebut dibuat sendiri oleh siswa secara berkelompok. Untuk menghubungkan antara komputer yang satu dengan komputer yang lain digunakan tali rapiah yang dianggap sebagai kabel













Gambar 1. Dengan alat/bahan yang sederhana, siswa SMA Negeri 1 Maniangpajo tetap bersemangat belajar

Hasilnya selain minat belajar siswa yang tinggi untuk belajar, prestasi belajar siswapun ikut meningkat, dan dengan sendirinya, terjadi pula peningkatan iman dan taqwa bagi siswa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data dari bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tanpa jaringan internetpun, belajar materi internet pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas XI dapat meningkatkan iman dan taqwa
2. Mengajar dengan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi dapat dapat membantu siswa untuk memahami topik-topik yang sulit dijelaskan, yang sulit dijangkau, berbahaya jika dipraktekkan, atau yang membutuhkan biaya mahal jika dipaparkan kepada siswa.

B. Saran-Saran
Setelah selesainya penyusunan karya tulis ini, maka penulis menyarankan:
1. Kepada pemerintah, kiranya memperluas jaringan telepon/internet khususnya kepada daerah pedesaan
2. Kepada guru, dalam memudahkan kegiatan belajar mengajar, hendaknya mengajar dengan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
DAFTAR PUSTAKA

Arafat, Yasser. 43 Tahun V 2005. Problem Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Wacana Masa Depan. Surat Kabar Umum Wajo Mesra.

------------. 48 Tahun VI 2006. Meraih Sukses Bagi Pelajar/Mahasiswa. Surat Kabar Umum Wajo Mesra.

Departemen Pendidikan Nasional. Tahun 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2006. Panduan Evaluasi Diri Penerpan Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA di Indonesia. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

No comments:

Post a Comment

Sampaikan Komentar Anda !!!

Massappa Werekkada